Advertisements

Sabtu, 29/11/2014

Bandung, CNN Indonesia — Industri kelapa sawit saat ini dalam kondisi sulit akibat anjloknya harga minyak sawit mentah dunia. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan permintaan minyak sawit sehingga harga dapat kembali naik adalah meminta pemimpin negara-negara produsen minyak kelapa sawit untuk mewajibkan kebijakan biofuel.

Salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit yang diharapkan dapat mengimplementasikan kewajiban penggunaan biofuel secara wajib adalah Indonesia.

Pengusaha internasional berharap pada ketegasan Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dalam implementasi program biofuel agar konsumsi semakin menanjak.

Direktur perusahaan komoditas asal India, Godrej International Ltd., Dorab Mistry mengatakan Pemerintah Indonesia diharapkan dapat bersikap lebih tegas dalam mengimplementasikan biofuel. Dia menilai Indonesia kurang serius dalam melaksanakan kebijakan biofuel-nya.

“Pemerintah Indonesia sekarang ini hanya menyuruh PT Pertamina (Persero) untuk meningkatkan penggunaan biofuel, tetapi saya kira pemerintah harus lebih keras dan tegas guna mendorong pemakaian biofuel,” ujarnya dalam International Palm Oil Conference 2015 di Bandung, Jumat (28/11).

Menurutnya ketegasan tersebut dapat menjadi faktor pendongkrak konsumsi minyak sawit sebagai bahan biofuel. Apalagi, dia menilai pasar minyak sawit masih terkendala pada persyaratan terkait sustainability atau keberlanjutan, di negara-negara Eropa dan Amerika.

“Kalau penggunaan biofuel meningkat, maka permintaan terhadap minyak sawit akan melonjak dan mendongkrak harga,” jelasnya.

Harga Minyak Sawit Mentah

Mengenai harga, Doraj memprediksi pada tahun depan minyak sawit mentah mampu mencapai level 2.300 hingga 2.500 ringgit per ton. Namun, hal tersebut bergantung kepada sejumlah kondisi termasuk pelaksanaan kebijakan biofuel di negara-negara pengekspor dan importir minyak sawit.

Sementara James Fry dari lembaga konsultasi ekonomi LMC International mengatakan harga minyak sawit mentah di pasar dunia memiliki keterkaitan dengan harga minyak mentah. Dia menilai jika harga minyak mentah berada pada US$ 80 per barel maka harga CPO mencapai US$ 665 per ton.

“Jika harga minyak mentah US$ 70 per barel, maka harga CPO berada di level US$ 595,” katanya.
(gen/gen)

Sumber : http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141129082322-85-14668/harga-cpo-rendah-pengusaha-sawit-mengeluh-ke-jokowi/

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

Penurunan Harga Minyak Dunia Bakal Pengaruhi Harga CPO Advertisements 16Oct2014No Comments 16 Oktober 2014 Jakarta: Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, dari sisi fundamental, investor masih cemas dengan melimpahnya suplai produk pertanian dunia terutama kedelai yang merupakan produk substitusi untuk minyak sawit mentah (crude palm […]

Advertisements 05Jun2014No Comments 4 Juni 2014 Jakarta – Ekspor minyak sawit alias crude palm oil (CPO) turun 45,02 persen. CPO adalah komoditas andalan nomor satu RI. Rontoknya permintaan CPO berakibat anjloknya ekspor secara keseluruhan. Ekspor CPO turun 45,02 persen, dari US$ 2,3 miliar pada Maret 2014 menjadi US$ 1,1 miliar pada April 2014. […]

Daya Saing Substitusi Kedelai Semakin Perlemah Harga CPO Advertisements 14May2014No Comments 12 Mei 2014 Harga CPO pada perdagangan pekan lalu terpantau terus mengalami pelemahan sepanjang pekan. Pelemahan harga CPO dipicu oleh tekanan harga kedelai yang dapat mensubstitusi kebutuhan global CPO untuk minyak goreng nabati. Harga kedelai yang sedang berada […]

Bursa Malaysia Libur Waisak, CPO Diprediksi Menguat Advertisements 14May2014No Comments Perdagangan CPO di Bursa Malaysia pada hari ini diliburkan untuk memperingati hari Waisak. Namun, analis Vibiz memprediksi harga CPO akan kembali menguat pada saat bursa kembali dibuka. Harga CPO yang pada pekan lalu mengalami penurunan akibat harga kedelai diprediksi […]

Advertisements 27Feb2014No Comments Wednesday, 26 February 2014 Minyak sawit berada di dekat tertinggi 17 – bulan oleh spekulasi persediaan di Malaysia bisa menurun untuk bulan kedua setelah output berkurang di produsen terbesar setelah Indonesia. Kontrak untuk pengiriman Mei ditutup turun 0,4 persen di 2.733 ringgit (US $ 835) per metrik ton di Bursa […]