Advertisements
17
Jan
2012
No Comments
Oleh Noverius Laoli – Selasa, 17 Januari 2012
Lanjutan bacaan dari : Pembibitan sawit : Menyemai bibit laba di kebun bibit sawit (1)
Kelapa sawit masih menjadi komoditas andalan sebagai sumber devisa negara dari sektor non-migas. Tanaman asal Afrika itu kini banyak dibudidayakan di Indonesia. Kebetulan, sawit cocok dengan iklim tropis di Indonesia. Tak heran, permintaan bibit sawit terus meningkat.
Kendati iklim cocok, pembibitan sawit tetap membutuhkan perawatan intensif. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan tanaman sawit.
Heru Azliyen, petani bibit sawit varietas topaz di Kampar, Riau, mengatakan, bisnis pembibitan pohon kelapa sawit tidak susah. Yang jelas, jika ingin menjajal usaha ini, Anda mesti punya lahan untuk proses pembibitan. “Minimal butuh lahan sekitar satu hektare (ha),” kata Heru.
Setiap satu ha lahan bisa dipakai buat menyemai 13.000 bibit. Untuk pembibitan ini dibutuhkan lahan yang gembur, subur, datar, berdrainase baik serta memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Selain itu, cadangan air harus banyak.
Lahan yang ideal berada pada ketinggian antara 1.500 meter di atas permukaan laut (dpl). Bibit sawit juga membutuhkan penyinaran matahari rata-rata lima hingga tujuh jam setiap hari.
Sementara itu, curah hujan tahunan dibutuhkan sebanyak 2.000 milimeter (mm) sampai 2.500 mm. Sawit dapat tumbuh subur di daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Adapun temperatur optimal mulai dari 24 derajat Celcius-26 derajat Celcius. Jika lahan sudah siap, carilah benih unggul. “Dengan memilih benih sawit unggul, untung bakal lebih cepat,” ujar Heru.
Selama ini, Heru membeli benih bibit dari perusahaan perkebunan yang ada di daerah Riau. “Bibit dari perusahaan biasanya sudah teruji kualitasnya,” ujar Heru.
Proses pembibitan
Namun, untuk mendapatkan kecambah bibit unggul, biasanya membutuhkan waktu cukup lama. Ambil contoh, memesan kecambah bibit sawit topaz harus mengantre enam bulan. “Banyak petani memesan kecambah topaz,” jelas Heru. Kecambah itu dijual dengan harga mulai dari Rp 3.000-Rp 5.000 per biji.
Setelah mendapatkan kecambah unggul, petani harus melakukan pembibitan. Benih dimasukkan dalam polybag ukuran 10 x 15 centimeter (cm) dengan lubang perforasi. Bibit tersebut disiram pagi dan sore dan mendapat sinar matahari yang cukup. Setelah sebulan, biasanya sudah muncul satu daun. Maka, bibit itu harus dipindahkan ke polybag yang ukurannya lebih besar, yakni 42,5 cm x 50 cm dengan lubang drainase.
Bibit sawit tetap harus dirawat secara intensif setelah dipindahkan ke dalam polybag besar. Tujuannya, agar terhindar dari serangan hama. Serangan penyakit biasanya berupa bercak di daun yang disebabkan oleh jamur.
Hama yang menyerang biasanya serangga pemakan daun, semut, rayap, jangkrik, siput, dan tikus. Yang paling sering adalah semut. Sebab, dahan kelapa sawit yang masih kecil kerap dijadikan tempat bersarang. Ini bisa mengganggu pertumbuhan sawit dan membuat bibit cepat mati.
Petani juga perlu menjaga jarak antarbibit sawit. Jarak harus disesuaikan dengan perkembangan dahan sawit. Umumnya, ketika sawit mulai membesar, dahannya panjang dan melebar ke samping. Makanya, setelah sawit berumur tiga bulan beri jarak antar polybag 90 x 90 cm.
Namun, kalau masih satu bulan, jaraknya masih bisa sekitar 10 cm-20 cm. Khusus sawit topaz, saat berumur tiga bulan memiliki ketinggian rata-rata setengah meter. Jika sudah berumur delapan bulan hingga setahun memiliki ketinggian 1,5 meter-1,8 meter.
Bunyamin Yakup, pembibit sawit dari daerah Duri, Riau menambahkan, pemupukan bibit sawit dimulai setelah ditanam empat minggu lamanya. Biasanya bibit sawit itu sudah mulai mengeluarkan daun. Pada tahap ini sebaiknya gunakan pupuk NPK.
Bibit jenis marihat sudah dapat ditanam ketika berumur setahun. Dengan catatan, proses pembibitannya dilakukan secara benar dan mendapatkan air serta sinar matahari yang cukup.
(Selesai)
Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/
Baca Info Tentang Sawit di :
Berita/Artikel Menarik Lain di :
Artikel Terkait Lainnya
Advertisements 16Feb2014No Comments Oleh : Hetty L.E Manurung Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan Indonesia, di- karenakan nilai ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari). Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha, […]
Benih Sawit Wajib SNI (Standar Nasional Indonesia) Advertisements 16Feb20141 Comment February 11th, 2014 Medan, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian akan menerapkan kebijakan SNI (Standard Nasional Indonesia) untuk produk benih sawit dari produsen dalam negeri. Terkait hal itu, pengamat ekonomi Gunawan Bonyamin mengatakan bahwa kebijakan tersebut tentunya baik bagi industri pertanian […]
Advertisements 16Feb2014No Comments Diposkan oleh Neti Suriana Tanaman kelapa sawit (Elaeis quineensis Jack) sudah mulai ditanam secara komersial di Indonesia sejak tahun 1911. Pertama kali kelapa sawit dikembangkan di pulau Sumatera. Namun pada masa itu hingga puluhan tahun sesudahnya perkembangan kelapa sawit stagnan. Belum banyak industri yang memanfaatkan hasil dari perkebunan ini pada […]
Advertisements 16Feb2014No Comments Penulis : Bang Pilot (Kompasianer)Nama asli : Muhammad Isnaini.Blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com Bila kita membuat bibit kelapa sawit, yakni menumbuhkan kecambah kelapa sawit, maka hampir pasti akan ada yang tumbuh dengan tidak baik atau gagal, meskipun asalan bibit adalah dari bibit unggul yang resmi. Bibit yang gagal ini harus diafkir atau […]
Advertisements 01Nov2013No Comments Bahan tanaman kelapa sawit yang umum ditanam adalah persilangan dura x psifera (DxP) yang disebut tenera. Bibit unggul diperoleh dari hasil persilangan (breeding programme) berbagai sumber (inter and intra spesific crossing) mengikuti metode Reciprocal Recurrent Selection (RRS). Persilangan yang terbaik hasilnya saat ini adalah Dura x Psifera (DP). DxD akan […]