Pendahuluan
Di Indonesia, kacang hijau merupakan tanaman aneka kacang yang menduduki urutan ke tiga terpenting setelah kedelai dan kacang tanah. Tanaman yang tengah menjadi primadona petani lantaran menjadi komoditas ekspor dengan harga yang menggiurkan ini mempunyai banyak kelebihan seperti berumur genjah (55-65 hari), toleran kekeringan, cukup adaptif pada lahan kurang subur/lahan suboptimal serta harga jual stabil dan relatif tinggi.
Grobogan dan Demak adalah penyumbang terbesar produksi kacang hijau dari Jawa Tengah. Petani di Demak dan sekitarnya biasa menanam kacang hijau tanpa olah tanah, tanpa pengairan, tanpa pemupukan, dan tanpa penyiangan pada lahan sawah segera setelah panen padi. Waktu tanam yang tepat setelah panen padi memungkinkan tanaman kacang hijau tumbuh optimal dengan memanfaatkan sisa air dan hara dari tanaman sebelumnya (padi).
Di daerah Demak khususnya, serangan hama penggerek polong kacang hijau sangat tinggi yang mengakibatkan tanaman gagal membentuk polong, sehingga petani tidak mendapatkan hasil panen dari periode bunga yang pertama. Pada awalnya petani tidak mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan tanamannya mengalami gagal panen. Petani di sana menyebut tanamannya terserang “kembang kempel”. Dari hasil idenfikasi, ternyata penyebab kembang kempel atau bunga/kuncup bunga yang rusak dan menggumpal/kempel pada tanaman kacang hijau saat fase berbunga adalah akibat serangan hama ulat penggerek polong Maruca testulalis (Lepidoptera: Crambidae). Maruca testulalis inilah yang merupakan salah satu hama penting tanaman kacang hijau yang menyebabkan penurunan produksi 3-59% seperti yang dilaporkan di Banjarnegara.
Bioekologi Penggerek Polong Maruca testulalis
Serangan hama penggerek polong pada tanaman kacang hijau biasanya terjadi pada awal musim kemarau (MK I), sekitar bulan Mei-Agustus tergantung daerah/lokasi. Sebagai contoh, di beberapa IP2TP lingkup Balitkabi seperti : Kendalpayak (Malang, Jatim), Jambegede (Kepanjen, Jatim), Muneng (Probolinggo, Jatim) dan Ngale (Ngawi, Jatim) serangan penggerek polong kacang hijau mulai ditemukan sekitar awal Mei hingga Juni; sedang di daerah Demak dan sekitarnya terjadi sekitar bulan Juli hingga Agustus.
Hama penggerek polong menyebar sangat luas, mulai Asia, Australia, Afrika sampai Amerika. Di Indonesia hama ini tersebar di pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi terutama di daerah penghasil kacang panjang dan kacang hijau. Penggerek polong mempunyai inang yang luas, dari daerah tropis sampai daerah sub tropis ada 39 jenis tanaman yang menjadi inangnya, namun tanaman inang yang paling sering mengalami kerusakan adalah kacang gude (Cajanus cajan), kacang panjang (Vigna unguiculata),kacang komak (Dolichos lablab), common bean (Phaseolus vulgaris), kacang hijau (Vigna radiata), Phaseolus lunatus, Sesbaniacannabina dan Pueraria phaseoloids. Di Indonesia, hama ini banyak menyerang polong tanaman kacang hijau, kacang tunggak, kacang gude, kacang buncis, kacang panjang dan krotalaria yang ditanam pada musim kemarau.
Serangan ulat penggerek polong, secara umum didahului dengan peletakan telur oleh serangga dewasa yang berupa ngengat. Telur berbentuk oval, berwarna putih susu, tembus cahaya, berukuran 0,65×0,45 mm. Telur kebanyakan diletakkan pada kuncup bunga dan bunga, namun telur juga dapat ditemukan pada daun, pucuk tanaman, dan polong. Telur akan menetas dalam waktu 3 hari.
Ulat yang muncul dari telur berwarna putih kecoklatan, dengan bintik-bintik coklat pada bagian punggung, kepala berwarna coklat tua. Pada sisi samping sepanjang tubuhnya dijumpai rambut-rambut yang halus berwarna putih. Ulat dewasa berukuran panjang 15-18 mm. Ulat terdiri dari lima instar yang terjadi dalam 8-13 hari, tergantung suhu udara. Semakin tinggi suhu udara periode perkembangan ulat semakin pendek. Ulat akan merusak tanaman pada malam hari. Kebanyakan ulat instar pertama dan kedua dijumpai di dalam bunga, sedangkan ulat instar ke tiga, keempat dan kelima dijumpai pada polong. Saat menjelang berpupa ulat akan menjatuhkan diri ke tanah.
Pupa dalam kokon terjadi di tumpukan sampah dedaunan yang ada di permukaan tanah, dan berwarna coklat. Periode pupa terjadi sekitar 6-9 hari. Serangga dewasa berupa ngengat berukuran kecil berwarna kelabu tua dengan pola putih coklat pada sayapnya. Pola warna sayap depan lebih jelas dari pada sayap belakang yang ditandai dengan bercak coklat perak pada tepi atas. Ngengat jantan berukuran panjang sekitar 13 mm dan lebar 9 mm, dengan rentang sayap sekitar 26 mm. Ngengat betina mempunyai abdomen kecoklat-coklatan dengan ujung ovipositor berbulu. Ngengat betina berukuran lebih kecil panjang sekitar 11 mm dan lebar 8 mm dengan rentang sayap sekitar 23 mm. Ciri khas ngengat ini, adalah saat ngengat sedang beristirahat sayapnya selalu terbentang.