Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, pembangunan pertanian yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo tidak jauh berbeda dari pemerintahan sebelumnya. Salah satu indikasinya, kata dia, pemerintah masih melihat petani sebagai pihak tak berdaya yang harus didampingi secara top-down, sehingga sampai-sampai penyuluh pertanian pun harus melibatkan Babinsa. 

Padahal, menurut dia, kemampuan Babinsa tidak lebih baik dibanding para petani. Andreas menyayangkan, konsep penyuluh swakarsa yang telah disusun bersama pokja pangan tim transisi tidak diambil pemerintah.

Menurut Andreas, konsep tersebut telah disampaikan pokja kepada Presiden, lalu Presiden menyampaikan ke Bappenas dan para menteri. “Tapi saya tidak tahu berkembangannya, sampai akhirnya memilih melibatkan Babinsa,”kata Andreas.

Pada bagian lain, Andreas menyebut, target-target yang dipatok pemerintah terlalu bombastis. Dia berpesan misi kedaulatan pangan janganlah terpaku pada peningkatan produksi. Namun, peningkatan kesejahteraan petani. 

“Kalau kesejahteraan petani naik, produksi ini akan mengikuti. Kalau orientasinya produksi, saya yakin gagal,” kata dia lagi. 

Jika berorientasi pada peningkatan produksi, dia khawatir pemerintah bakal melakukan segala macam cara termasuk mengundang para pengusaha besar. Menurut Andreas, land reform seharusnya diperuntukkan atau diserahkan ke petani kecil.

“BKPM mengundang pengusaha besar (masuk pertanian), kalau pembangunan seperti itu yang terjadi justru kesenjangan semakin besar. Ingat, pendapatan petani itu Rp 1,3 juta per bulan per keluarga. Sebanyak 63 persen orang miskin adalah petani. Sehingga, ini memerlukan kebijakan struktural yang tepat,” jelas dia. 

Meski banyak program pertanian yang dinilainya melenceng dari konsep yang disusun bersama tim transisi, Andreas mengakui ada juga yang sejalan. “Hanya satu program yang sesuai, yaitu pembangunan irigasi. Jadi pembangunan pertanian belum ada terobosan. Kecuali irigasi tidak ada bedanya. Di lainnya malah memburuk,” kata Andreas. 

Kemarin, Kamis (15/1/2015) Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, ada lima hal yang menentukan tercapainya swasembada pertanian, yakni irigasi, benih, pupuk, alat mesin pertanian (alsintan), serta penyuluh pertanian.

Sumber : Kompas.com

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

Kami segenap tim dari dunia pertanian mengucapkan selamat bergabung bersama kami dan selamat menambah ilmu dan wawasan du dunia maya. Salam Pertanian. Dunia Pertanian

Jamur tiram atau Pleurotus ostreatus merupakan jamur yang dapat dikonsumsi dan memiliki ciri-ciri umum, yaitu tubuh buah yang berwarna putih hingga krem, serta memiliki tudung yang berbentuk lingkaran mirip dengan cangkang tiram. Umumnya jamur tiram mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yaitu secara aseksual dan juga secara seksual. Secara umum reproduksi aseksual terjadi melalui […]

1) Persyaratan Benih  Tanaman melon yg sehat & berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yg sehat, kuat & terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan Furadam & Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yg baik berada di dasar air, & benih yg kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan […]

I. UMUM 1.1. Sejarah Singkat Budidaya Tanaman Kina ( Chinchona spp ) Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Daerah tersebut meliputi hutan-hutan pada ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke Indonesia tahun 1852 berasal […]

Kimpul merupakan keluarga talas yang berasal dari Amerika Tengah dan menyebar ke daerah-daerah tropika. Tanaman kimpul dapat tumbuh di hampir seluruh kepualauan di Indonesia hingga ketinggian 1300 mdpl. Salah satu jenis kimpul yang terkenal adalah kimpul gendruk. Kimpul gendruk merupakan tanaman tegak dengan pelepah berwarna hijau mda. Pelepah menyatu dengan batang dan akan terasa halus […]