I. UMUM

1.1. Sejarah Singkat

Budidaya Tanaman Kina ( Chinchona spp )Budidaya Tanaman Kina ( Chinchona spp )

Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Daerah tersebut meliputi hutan-hutan pada ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke Indonesia tahun 1852 berasal dari Bolivia, tetapi tanaman kina yang tumbuh dari biji tersebut akhirnya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina dari Bolivia ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10 klon.

1.2. Sentra Penanaman

Sentra produksi kina di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Barat.

1.3. Jenis Tanaman

Klasifikasi botani tanaman ini adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Keluarga : Rubiaceae

Genus : Chinchona

Spesies : Chinchona spp.

Dari sekian banyaknya spesies kina di Indonesia, hanya 2 spesies yang penting yaitu C. Succirubra Pavon (kina succi) yang dipakai sebagai batang bawah dan C. Ledgriana (kina ledger) sebagai bahan tanaman batang atas. Klon-klon unggul yang dianjurkan adalah antara lain :Cib 6, KP 105, KP 473, KP 484dan QRC.

1.4. Manfaat Tanaman

Kulit kina banyak mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna untuk obat. Di antara alkaloid tersebut ada dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinine untuk penyakit malaria dan kinidine untuk penyakit jantung.

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

a) Angin yang kencang dan lama lama menyebabkan banyak kerusakan karena patahnya cabang dan gugurnya daun.

b) Curah hujan tahunan untuk lokasi budidaya kina yang ideal adalah 2.000-3.000mm/tahun.

c) Tanaman ini memerlukan penyinaran matahari yang tidak terlalu terik.

d) Tanaman tumbuh pada temperatur antara 13,5-21 derajat C.

e) Kelembaban relatif harian minimum dalam satu tahun 68 % dan 97 %.

2.2. Media Tanam

a) Tanah yang cocok untuk tanaman kina adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas dan berbatu.

b) Derajat keasaman (pH) antara 4,6-6,5 dengan pH optimum 5,8.

2.3. Ketinggian Tempat

Tanaman ini menyukai daerah dengan ketinggian 800-2.000 m dpl dengan ketinggian optimum untuk budidaya tanaman kina adalah 1.400-1.700 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

Pada kebun produksi, kina diperbanyak dengan cara vegetatif. Penyediaan bahan tanaman dilaksanakan dengan semai sambung, stek sambung, semai ledger, dan stek ledger. Di Indonesia penyiapan dilakukan dengan cara stek sambung.

3.1.1. Pembibitan Semai Sambung

a. Batang bawah

Batang bawah adalah semai kina succi yang ditanam di kebun dan batang atas entres kina ledger. Penyambungan dilaksanakan pada saat bibit bawah berumur 8-12 bulan, tinggi 30-40 cm dan diameter batang 1 cm. Satu-dua minggu sebelum penyambungan daun semai succi dirempel sampai ketinggian 20-25 cm dari permukaan tanah.

b. Entres batang atas

Didapat dari tanaman berumur 3-5 tahun dengan daya regenerasi optimal. Setiap 5 tahun pohon induk entres dipangkas setinggi 1 m dari permukaan tanah agar ranting entres selalu muda.

c. Penyambungan

Batang bawah, pada ketinggian 4-5 cm dari permukaan tanah, disayat dari atas ke bawah sepanjang 1,5 cm. Siapkan entres kina ledger (1 cm) yang daunnya sudah dibuang dan runcingkan bagian bawah entres. Selipkan entres ke sayatan di batang bawah, ikat dengan tali bambu dan oleskan lilin sambungan penutup luka (lilin dicairkan dulu) sampai tertutup rapat. Penyambungan dilakukan sekitar pukul 12.00, jika cuaca tidak terik dapat dilakukan sampai pukul 14.00. Setelah sambungan berumur 3 minggu tunas entres telah tumbuh, pucuk batang bawah succi dipotong. Pada saat umur 7-8 minggu panjang tunas 3-4 cm batang bawah dipotong setengahnya. Setelah berumur 12 minggu dan panjang tunas sambungan 12 cm, batang suci dipotong kira-kira 1 cm dari sambungan.

d. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan selama periode persemaian bibit ini (disebut persemaian II) adalah penyiangan, pemberantasan hama-penyakit dan pemupukan. Pupuk diberikan setiap 3 bulan dimulai pada waktu bibit sambungan berumur 2 bulan dan berakhir 1 bulan sebelum dicabut (dipindahtanam). Pupuk berupa 160-200 g Urea, 80-100 g TSP dan 160-200 g KCl yang diberikan dalam larikan sedalam 2-3 cm di antara barisan bibit setelah disiangi.

e. Pindah tanam

Bibit dipindahkan ke kebun produksi saat berumur 1 tahun di persemaian II, tinggi 40 – 50 cm dan akar tunggang 50 cm. Seminggu sebelum bibit dibongkar 2/3 bagian daun dibuang dan sehari sebelum dibongkar tanah pembibitan disiram air sampai basah. 50 bibit diikat menjadi satu.

3.1.2. Pembibitan Stek Sambung

a. Batang bawah Succi

Berasal dari batang muda atau tunas-tunas dari bekas tebangan, bukan dari cabang. Pohon induk yang baik dipilih dari pohon yang pertumbuhannya cepat dan mudah berakar dalam penyetekan. Bahan stek diambil setelah tunas berumur 8-12 bulan dan, mempunyai ukuran sebesar pinsil.

b. Batang atas ledger

Pohon induk batang atas ledger dipilih dari klon-klon yang dianjurkan. Pohon induk ditanam pada jarak 1,25 cmx1,25 cm, lokasi kebun dipilih datar, dekat tempat pembibitan. Pohon induk yang siap diambil steknya pada umur 3-5 tahun.

c. Bahan tanaman dan penyambungan

Batang bawah succi yang baik diambil dari pertumbuhan tunas berumur 10-12 bulan yang dipotong pada pohon induk sampai pangkal pangkasan. Semua daun dibuang, batang dibungkus dengan batang pisang dan disimpan di tempat teduh. Bahan stek diambil dari bagian batang yang masih berair, berwarna coklat muda dan agak tua. Batang dipotong miring 45-60o menjadi stek-stek berukuran 10 cm dengan satu mata tunas. Bagian sisi ujung atas batang bawah dibelah sedalam 1,5-2,0 cm untuk menyelipkan batang atas.

Pohon induk batang atas ledger terbaik berumur 3-5 tahun setelah pemangkasan. Batang atas hanya diambil pucuknya sekitar 12 cm, terdiri dari 3-4 ruas paling ujung. Pangkal pucuk dipotong runcing sepanjang 2 cm.

Batang atas diselipkan ke belahan batang bawah, diikat dengan tali bambu.

d. Media tanam

Pembibitan stek sambung dilakukan di kantung plastik/polibag ukuran 12×25 cm. Pada sekeliling dan di tengah polibag bagian bawah diberi luang-lubang. Media tanaman berupa tanah andosol dengan pH 4,6- 6,0 yang diisikan ke dalam polibag sebanyak 2/3 bagiannya. Sebelumnya tanah disterilkan dengan larutan Trimaton 150 ml/15 l atau Vapam 250 ml/15 l untuk 1 m3.

e. Penanaman stek

Media dalam polibag disiram sampai lembab, oleskan Rootone (perangsang akar) pada ujung tanaman stek sambung lalu tanamkan pada media sedalam 5 cm. Padatkan tanah di sekitar stek supaya tanaman tegak.

f. Penyungkupan

Bedengan diberi sungkup plastik dengan rangka dari bambu, besi atau kawat dengan jari-jari 50-70 cm dengan tinggi puncak 70 cm. Sungkup jangan bocor dan air hujang yang menggenangi plastik harus dibuang.

g. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan 3-4 minggu sekali. Sungkup dibuka setelah stek berumur 3-4 bulan dan tinggi 20-25 cm. Pembukaan dilakukan secara bertahap. Jika hujan, sungkup ditutup. Pada bulan ke 6 sungkup dibuka sama sekali dan pada bulan ke 7 dilakukan seleksi bibit.

Tanaman diberi pupuk daun Gandasil atau Bayfolan 0,2-0,3% setiap minggu atau urea 0,2%. Pemupukan hanya dilakukan pada bibit yang tumbuhnya lambat sebanyak 1-5 g NPK 15-15-15/polibag.

Penyiangan dilakukan dengan tangan, penyemprotan insektisida dilakukan jika ada gejala serangan.

h. Pindah tanam

Bibit dipindahkan ke kebun setelah berumur 10-12 bulan, tinggi 40-50 cm. Dan akar telah mencapai dasar polibag.

3.1.3. Pembibitan Semai Ledger

a. Bibit semai kina ledger

Adalah bibit semai dari biji kina ledger yang berasal dari poliklonal dengan klon-klon yang terpilih dan dipelihara khusus. Penyiapan bibit relatif singkat hanya 1,5 tahun karena tidak perlu penyambungan.

b. Persemaian

Dilakukan langsung pada bedengan atau dengan memakai polibag berukuran 12 x 25 cm berisi tanah hutan.

c. Pindah tanam

Bibit dipindahtanamkan pada umur 1 tahun dan tinggi 40-50 cm. Bibit dari bedengan dipindahkan dengan cara dicabut sedangkan bibit dari polibag dipindahkan dengan tanahnya setelah polibag disobek dengan hati-hati.

3.1.4. Pembibitan Stek Ledger

a. Stek ledger

Setek ledger adalah bibit kina dari pucuk ledger. Tanaman kina ledger umumnya sulit dikembangbiakan dengan stek. Bahan stek yang digunakan adalah pucuk, dari pohon induk yang telah berumur 3-5 tahun, dan setiap 3-5 tahun harus dipangkas setinggi 25-30 cm dari sambungan. Pohon induk ditanam dari bibit semai sambung dengan jarak tanam 1,25×1,25 m. Bahan stek dipilih dari pucuk yang coklat muda, masih berair tetapi sudah agak tua dengan panjang 20-25 cm dan dipetik di pagi hari. Panjang stek 12-15 cm terdiri dari 3-4 ruas. Sebelum ditanam daun dibuang /dirompes setengahnya.

b. Pembibitan

Persiapan pembibitan, media, bedengan, penanaman stek, penyungkupan dan pemeliharaan sama dengan pembibitan stek sambung. Bibit dipindahtanamkan ke lapangan umur 10-12 bulan, tinggi rata-rata 40-50 cm.

3.2. Pengolahan Media Tanam

Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan tanah yang gembur, bersih dari tunggul sisa-sisa akar dan gulma. Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan pencakulan tanah sedalam 60 cm,dan pengolahan tanah ke dua sedalam 40 cm dilakukan 2-3 minggu setelah pengolahan tanah pertama.

3.2.1. Persiapan

Setelah pengolahan tanah dilakukan pengukuran dan pematokan dengan memberi tanda, setiap 20 m ke arah mendatar, ke arah kemiringan atas dan bawah. Dengan demikian terbentuk petakan-petakan areal seluas 20 x 20 m2 = 400m2 yang disebut satu patok. Tanda-tanda patok berupa hanjuang dipelihara dengan baik dan mati segera diganti.

3.2.2. Pengapuran

Pengapuran hanya dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 4,5 dengan dosis kapur yang sesuai dengan keperluan. Kapur berupa dolomit, kalsit, dicampurkan merata 100gram/lubang.

3.2.3. Pemupukan

Pupuk untuk memacu pertumbuhan bibit diberi 50 gram TSP. Diberikan dalam larikan sekitar tanaman.

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanam

Pola penanaman tergantung tofografi lahan. Tiga macam jarak tanam yaitu jarak tanam rapat 75 cm x 75 cm, jarak tanam menengah 100 cm x 100 cm, dan jarak tanam lebar yaitu 1,25 cm x 1,25 cm. PTP Nusantara VIII di Bukit Tunggul menerapkan jarak tanam 100 x 150 cm dengan populasi tanaman per hektar sekitar 6.500.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam

Pengajiran untuk pedoman penanaman sehingga sesuai dengan pola dan jarak tanam yang dibuat. Lubang tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 40 cm (untuk bibit dari polibag) dan 30 cm x 30 cm x 40 cm (untuk bibit cabutan).

3.3.3. Cara Penanaman

a. Bibit cabutan

Panjang akar bibit sekitar 30 cm, tinggi bibit 40-50 cm dan 2/3 daunnya dirompes. Masukkan bibit dengan tegak jangan miring. Tanah timbunan dipadatkan dengan cara diinjak dengan kaki, kemudian diratakan.

b. Bibit dalam Polibag

Polibag dibuka dengan cara menyobeknya lalu bibit ditanam bersama medianya, disangga dengan belahan bambu, ditimbun dengan tanah. Tanah di sekitar batang dipadatkan dan tanaman disiram.

c. Tanaman pelindung

Tanaman ini berfungsi sebagai penutup tanah dan memperbaiki iklim mikro agar lebih segar. Tanaman berupa legum Crotalaria atauTephrosia yang ditanam selama 3 tahun.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman

Penyulaman dilakukan satu bulan setelah penanaman, dilakukan secara terus-menerus sampai 3 bulan, menjelang kemarau. Penyulaman pada tahun ke tiga tidak dianjurkan. Kebutuhan bibit sulaman maksimum 10% dan pada tahun kedua 5%.

3.4.2. Penyiangan

Penyiangan dimaksudkan untuk penggemburan tanah sedalam 10 cm dengan menggunakan cangkul. Penyiangan dilakukan 1,5-2 bulan sekali. Kegiatan penyiangan sampai umur 2-3 tahun.

3.4.3. Pemupukan

a. Tanaman muda

1. 1 tahun: Urea 108 kg, TSP 62 kg, KCl 30 kg dan Kieserit 19 kg.

2. 2 tahun: Urea 173 kg, TSP 83 kg, KCl 40 kg dan Kieserit 37 kg.

3. 3 tahun: Urea 217 kg, TSP 124 kg, KCl 60 kg dan Kieserit 37 kg.

4. 4 tahun: Urea 325 kg, TSP 165 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.

b. Tanaman dewasa

1. 5 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.

2. 6 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.

3. 7 tahun keatas: Urea 433 kg, TSP 207 kg, KCl 100 kg dan Kieserit 75 kg.

Catatan : Kieserit iberikan jika ada gejala kekurangan Mg.

Pemupukan dilakukan saat curah hujan terakhir antara 100-300 mm, dilaksanakan dua kali setahun. Cara pemberian pupuk diberikan secara setempat.

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

a. Ulat

Ulat yang menyerang daun atau ranting muda adalah: (1) Ulat jeungkal (Boarmia bhurmitra, Antitrygoides divisaria, Hyposidra talaca) dikendalikan dengan insektisida Thiodan 35 EC; (2) Ulat sinanangkeup (Paralebeda plagifera) dikendalikan dengan Dedevap 650 EC; (3) Ulat bugrug (Metanastria hirtaca) dikendalikan dengan Lebaycid 550 EC; (4) Ulat badori (Attacus atlas), dikendalikan dengan Baythroid 50 EC; (5) Ulat kaliki (Samia cyntia) dikendalikan dengan Bayrusil 250 EC; (6) Ulat kenari (Cricula trifenestrata) dikendalikan dengan Karphos 25 EC; (7) Ulat bajra (Setora nitens) dikendalikan dengan Lannate L; (8) Ulat kantong (Clania variegata) dikendalikan dengan Decis 2,5 EC, Thuricide, Ripcord 5 EC; (9) Ulat merang (Euproctis flexuosa) dikendalikan dengan Lannate 25 WP; Pengendalian mekanis: dilakukan dengan mengumpulkan telur, kupu serta telur-telurnya, kemudian dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.

b. Penggerak cabang merah (Zeuzera coffeae)

Gejala: menyerang cabang dan ranting hingga layu dan mudah patah. Pada ranting patah ada lubang gerekan. Pengendalian: memangkas cabang atau ranting yang terserang.

c. Penggerek pangkal batang (Phasus damor)

Gejala: kerusakan pada leher akar, daun kuning atau kemerahan, layu, kering, rontok dan tanaman mati. Pengendalian: menanam bibit yang sehat dan insektisida.

d. Penggerek cabang (Xyleberus. Sp)

Gejala: pada ranting, cabang atau batang terlihat adanya tahi gergaji yang halus. Hama ini berasosiasi dengan jamur ambrosia. Pengendalian: menyemprot larutan fungisida sistemik dan insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 W).

e. Penggerek pucuk (Alcalides cinchonae)

Gejala: bekas serangan menyebabkan pucuk berwarna coklat dan mati. Pengendalian: penyemprotan dengan insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 WP.

f. Kutu putih (Pseudaulacaspis pentagona)

Gejala: menyerang ranting dan mengisap cairan selnya, ranting menjadi berwarna putih dan dihuni oleh hewan kecil lonjong. Hama ini tidak menimbulkan kerugian dan serangan akan hilang dengan datangnya musim hujan.

g. Helopeltis (Helopeltis theivora, H. antonii)

Gejala: daun dan pucuk yang terserang menjadi salah bentuk. Pada serangan berat tanaman mati dan dari jauh bagian daun kebun kina kelihatan warna kehitam-hitaman. Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida Lannate L, Lannate 25 WP, Lebaycid 550 WP.

3.5.2. Penyakit

a. Kanker batang

Penyebab: jamur Phytophthora Sp. Terdapat tiga spesies jamur kanker batang yaitu: (1) P. cinnamomi penyebab kanker garis, serangannya di Indonesia sangat luas. (2) P. parasitica penyebab kanker gelang, serangannya relatif sedikit. (3) P. citricola hanya menyerang tunas-tunas kina muda, serangannya juga terbatas. Kanker garis membentuk jalur sempit yang mengendap pada kulit batang. Gejala: berbeda-beda tergantung umur dan klon. Kanker gelang membentuk warna karat pada permukaan kulit batang. Jika kulit luar dikupas tanpak bahwa kulit bagian dalam membusuk. Pembusukan ini berkembang melingkari batang yang dapat menyebabkan tanaman mati. Pengendalian: kulit yang sakit dikorek, jaringan busuk dipotong sampai ke bagian sehat dan dilumasi Antimucin WBR 0,5% dan Difolatan 4F 3%. Setelah obat mengering luka ditutupi dengan petrolatum 2295 A, Shell Tapflux atau Shell Otina Compound. Permukaan kayu yang terbuka ditutup ter untuk mencegah masuknya kumbang penggerek.

b. Penyakit jamur upas (Upasia salmonicolor)

Gejala: sebelum mengering daun-daun dari cabang yang sakit berwarna kuning kemerahan. Pada batang atau cabang terdapat benang-benang jamur yang belum masuk ke dalam kulit, dan mirip dengan sarang laba-laba. Pengendalian: menyemprotkan bubur Bordeaux. Dapat juga dilakukan pelumasan dengan bubur bordeaux pekat, Perenox 3%, Calixin Ready mix atau Calixin RM (tridemorf) dengan menggunakan kuas.

c. Penyakit mopog (Rhizoctonia solani)

Gejala: di bedengan-bedengan pesemaian terdapat kelompok-kelompok semai yang mati seperti tersiram air panas. Pengendalian: dengan mengurangi kelembaban persemaian, menyemprotkan fungisida pada tanah bedengan berupa Brassicol sebanyak 30 g/m2 dan mengurangi penyiraman. Persemaian dapat disemprot dengan Dithane M-45 atau Brestan 0,05%.

3.5.3. Gulma

Gulma di areal tanam terdiri atas golongan rumput-rumputan seperti lempuyangan (Panicum repens) dan paparean (Phalaris arundinaceae); golongan berdaun lebar seperti sintrong (Crassocephalum crepidioides) dan babadotan (Ageratum conyzoides). Pengendalian: dengan memperbaiki kultur teknis, menyiangi/mencabut, menggunakan tanaman penutup tanah lebum dan dengan herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh.

3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur Panen

Bagian tanaman kina yang biasa diambil hasilnya adalah bagian kulit batang, dahan, cabang dan ranting. Produk ranting dapat dimulai saat tanaman berumur 6-7 tahun tahun (sebelum tebangan), dengan bagian yang terkecil yang diambil adalah kulit cabang yang diameternya lebih 1 cm. Ranting yang diameternya kurang dari 1 cm memiliki kadar kinin sulfat (SQ) yang rendah, dan biaya pengambilannya relatif mahal. Umur tanaman yang siap panen untuk panen cara tebangan adalah 9-11 tahun dan untuk panen cara penjarangan adalah 3,5, 5, 6, 7, 8,12, 18 dan 24 tahun dengan jumlah tanaman yang dicabut untuk masing-masing penjarangan adalah 12,5% dari total tanaman.

3.6.2. Cara Panen

a. Cara penebangan

Tanaman kina ditebang hati-hati dengan gergaji pada ketinggian 20-30 cm dari sambungan, atau leher akar dengan kemiringan 45 derajat. Batang kina dari batas ini dipotong sampai ketinggian 2 meter. Kulit kina dilepaskan dari batang dengan cara dipukul-pukul. Panen tebangan pertama disebut Stumping 1.

Dari tunggul diharapkan tumbuh tunas-tunas baru, dan dipelihara maksimum 4 tunas untuk dipanen berikutnya. Penen berikutnya disebut stumping 2 dst. Setelah 4 kali stumping tanaman dibongkar. Panen tebangan yang baik pada awal musim penghujan, hindari terik matahari.

b. Cara penjarangan

Dilakukan dengan cabutan untuk memanen secara bertahap dalam persentase yang telah direncanakan. Pemilihan tanaman yang akan dibongkar tergantung persentase panenan setiap periode. Apabila tanaman akan dibongkar adalah 10%, maka dari 10 tanaman diambil 1 tanaman secara rata-rata.

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

Kami segenap tim dari dunia pertanian mengucapkan selamat bergabung bersama kami dan selamat menambah ilmu dan wawasan du dunia maya. Salam Pertanian. Dunia Pertanian

Jamur tiram atau Pleurotus ostreatus merupakan jamur yang dapat dikonsumsi dan memiliki ciri-ciri umum, yaitu tubuh buah yang berwarna putih hingga krem, serta memiliki tudung yang berbentuk lingkaran mirip dengan cangkang tiram. Umumnya jamur tiram mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yaitu secara aseksual dan juga secara seksual. Secara umum reproduksi aseksual terjadi melalui […]

1) Persyaratan Benih  Tanaman melon yg sehat & berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yg sehat, kuat & terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan Furadam & Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yg baik berada di dasar air, & benih yg kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan […]

Kimpul merupakan keluarga talas yang berasal dari Amerika Tengah dan menyebar ke daerah-daerah tropika. Tanaman kimpul dapat tumbuh di hampir seluruh kepualauan di Indonesia hingga ketinggian 1300 mdpl. Salah satu jenis kimpul yang terkenal adalah kimpul gendruk. Kimpul gendruk merupakan tanaman tegak dengan pelepah berwarna hijau mda. Pelepah menyatu dengan batang dan akan terasa halus […]

Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi kakao nasional pada 2014 mencapai 1,1 juta ton atau meningkat dari 2013 yang sebanyak 800 ribu ton. Dirjen Perkebunan Kementan Gamal Nasir di Jakarta, Senin, mengatakan salah satu upaya peningkatan produksi tersebut yakni dengan melanjutkan program gerakan nasional peningkatan produksi dan mutu kakao (Gernas Kakao) pada 2014. “Dengan pelaksanaan gernas […]