Advertisements
Tangki pengendap (klarifikasi) bersinambung CST (continues settling tank) model vertikal telah kembali digunakan, tetapi setelah dilengkapi dengan pengaduk. Tangki tersebut berbentuk silinder vertikal dengan kerucut terbalik di bawahnya tempat menampung sementara endapan sisa serabut halus, pasir, tanah, dan lain-lain.

Minyak kasar, yang telah diencerkan dan dipanaskan serta telah disaring melalui pipa ke bagian tanah tangki, yaitu di bawah bidang batas lapisan minyak dan lapisan air drab. Minyak yang mengapung di bagian atas dikutip melalui dua pipa limpahan (skimmer) yang ujungnya berbentuk kerucut terbalik yang ketiganya dapat distel. Drub dikeluarkan dari bagian bawah tangki sedikit di atas dasar lingkaran dari kerucut tangki melalui suatu pipa vertikal yang ujungnya terbuka, bibir luapannya sedikit lebih tinggi dari bibir kerucut luapan minyak, ketinggainnyapun dapat distel. Dalam keadaan setimbang beda tinggi keduanya sekitar 15 cm, yag harus dicari secara trial dan error, dengan beda tinggi seperti ini tebal lapisan minyak akan mencapai lebih kurang 1,5 m.
Pemisahan pasir ;
Minyak yang keluar dari srew press melalui oil gutter dialirkan ke dalam sand tank dengan tujuan untuk mendapatkan pasir.
Penyaringan bahan padat ;
Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen yang berukuran 20 – 40 mesh untuk memisahkan bahan asing seperti, pasir, serabut, dan bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Untuk mengetahui ketepatan penambahan air pengencer , setiap dua jam sekalin diambil sampel crude oil sebelum masuk vibrating screen, selanjutnya menggunakan hand centrifuge (electric centrifuge) dapat diketahui komposisi, minyak NOS (non oily solid), dan air. Komposisi yang tepat diperoleh jika perbandingan minyak dan sludge 1 : 2 (konvensional) dan jika dengan decanter perbandingan minyak dan sludge 1 : 1. Minyak kasar yang telah disaring dialirkan kedalam crude oil tank dan suhu dipertahankan 90 – 95 0C , selanjutnya crude oil dipompa ke settling tank.
Pemisahan minyak dengan sludge settling tank/clarifier tank ;
fungsi settling tank adalah utuk mengendapkan sludge (minyak kotor atau lumpur) yang terkandung dalam crude oil , temperatur minyak dalam settling tank harus dipertahankan 90 – 95 0C, minyak yang berada dilapisan atas dikutip dengan bantuan skimmer ke oil tank, sedangkan sludge yang masih mengandung minyak di alirkan ke sludge tank, secara periodik sesuai kondisi masing-masing pabrik, sludge dan pasir didasar bejana harus dibuang (flushed out) agar pemisah minyak dapat berjalan dengan baik.
Pemurnian minyak (oil purifier) ;
fungsi oil purifier adalah untuk memisahkan sludge yang melayang (emulsi) dalam minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam minyak sehingga kadar kotoran minyak produksi menjadi < 0,002 %, suhu minyak dalam oil purifier 90 – 95 0C, selanjutnya minyak dari oil purifier dimasukkan kedalam vacuum oil dryer.
Pengeringan minyak ( oil dryer) ;
Minyak dari oil purifier dengan suhu 90 – 95 0C di pompa dan ditampung dalam float tank untuk seterusnya diisap oleh vacuum dryer, dibawah pelampung terpasang toper spindle untuk mengatur minyak yang disalurkan kedalam bejana vacuum dryer sehingga kehampaan dalam vacuum dryer tetap terkendali ( < 50 TORR ), selanjutnya melalui nozzle minyak akan disemburkan kedalam bejana sehingga penguapan air menjadi lebih sempurna. Untuk menjaga keseimbangan minyak masuk dan keluar dari bejana , digunakan float valve di bagian bawah bejana.
Penimbunan minyak produksi ;
Minyak yang terkumpul didasar bejana akan disalurkan ke pompa di lantai bawah, selanjutnya dipompakan ke tangki timbun, pada tanki timbun secara periodik dilakukan pengurasan mengikuti prosedur pencucian tangki, suhu penyimpanan hendaknya 40 – 50 0 C
Proudly powered by WordPress. Design by WPlook
Artikel Terkait Lainnya
Advertisements Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak sawit terbesar di dunia, sebagai salah satu negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam maka saat ini begitu banyak hutan-hutan di Indonesia yang beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, mulai dari perkebunan sawit tingkat masyarakat maupun perusahaan saat ini sedang gencar dalam melakukan […]
Gajah banyak di Sumatera
Landak
Rayap Advertisements 08Sep2012No Comments Rayap pekerja jenis ini biasanya merusak akar, batang dan pangkal pupus terutama pada tanaman muda di lahan gambut. Rayap pekerja berwarna putih, panjangnya 5 mm. Rayap tentara panjangnya 6-8 mm, memiliki kepala besar dan rahang yang kuat. Ratu dapat mencapai panjang 50 mm. Jenis ini […]
Ulat Tandan Advertisements 08Sep2012No Comments Serangga Tirathaba mundella dan T. rufivena dikenal sebagai hama penggerek tandan buah kelapa sawit baik di Indonesia maupun di Malaysia. Pada umumnya hama ini dijumpai terutama pada areal dengan tandan buah dengan fruitset rendah atau terlewat dipanen (Wood & Ng 1974), karena sebagai makanan hama ini. Tirathaba mundella ini biasanya […]
Ulat Bulu Advertisements 08Sep2012No Comments Serangga hama yang lain yang terdapat pada tanaman kelapa sawit adalah beberapa macam ulat bulu Dasychira inclusa, Amathusia phidippus, Calliteara horsfielddii, Ambadra rafflesi, dan Pseudoresia desmierdechenoni. Ulat ini masih tergolong hama minor di perkebunan kelapa sawit, tetapi akhir-akhir ini pada beberapa tempat mulai menimbulkan serangan yang cukup serius. […]
Advertisements 08Sep2012No Comments Ulat kantong termasuk dalam famili Psychidae. Tujuh spesies yang pernah ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalahMetisa plana, Mahasena corbetti, Cremastopsyche pendula, Brachycyttarus griseus, Manatha albipes, Amatissa sp. danCryptothelea cardiophaga (Norman et al., 1995). Jenis ulat kantong yang paling merugikan di perkebunan kelapa sawit adalah Metisa plana dan Mahasena corbetti. Hama Ulat Kantung Gambar. Ulat kantong Metisa plana Siklus Hidup […]
Advertisements 08Sep20121 Comment Babi hutan merupakan jenis hama mammalia penting pada perkebunan kelapa sawit. Sebenarnya satwa ini bukanlah merupakan penghuni tetap pada ekosistim perkebunan kelapa sawit. Kerusakan yang ditimbulkannya pada kelapa sawit hanya merupakan efek sekunder dari kehadirannya pada kebun sawit. Mereka adalah salah satu penghuni tetap hutan. Habitatnya meliputi kisaran geografis yang […]
Feromon untuk Pengendalian Kumbang Tanduk Advertisements 08Sep20121 Comment Hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) umumnya menyerang tanaman kelapa sawit muda. Serangan hama ini dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama hingga 69% dan menimbulkan kematian pada tanaman muda hingga 25%. Pengendalian kumbang tanduk secara konvensional dilakukan dengan cara pengutipan dan menggunakan insektisida kimiawi. Namun, […]
Pengendalian Hayati Ulat Api dengan Mikroorganisme Entomopatogenik Advertisements 08Sep2012No Comments Pengendalian ulat api (Setothosea asigna) dengan menggunakan insektisida kimiawi merupakan cara yang umum dilakukan di perkebunan kelapa sawit. Namun dalam praktek, penggunaan insektisida tersebut justru menimbulkan kerugian yang besar berupa pencemaran lingkungan akibat residu insektisida serta munculnya resistensi dan resurgensi hama. Semakin meningkatnya kesadaran […]