Advertisements

Bahan pakan adalah sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dicerna dan diserap baik sebagian maupun seluruhnya tanpa menimbulkan keracunan pada ternak yang bersangkutan. Bahan pakan dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun dari hewan. Ternak ruminansia lebih memerlukan bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan ternak non-ruminansia memerlukan bahan pakan baik dari tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Hijauan yang biasa digunakan sebagai pakan pada usaha peternakan rakyat di pedesaan adalah rumput lapangan dan limbah pertanian seperti jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, jerami sorghum, daun ubi jalar, daun ubi kayu, dan pucuk tebu. Demikian juga dengan pakan penguat yang biasa digunakan antara lain jagung, dedak halus, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, dan lain-lain. 

Berdasarkan kandungan serat kasarnya, bahan makanan ternak dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu bahan penguat (konsentrat) dan hijauan. Konsentrat dapat berasal dari bahan pangan atau dari tanaman seperti serealia (misalnya jagung, padi, atau gandum), kacang-kacangan (misalnya kacang hijau, kacang tanah, dan kacang kedelai), umbi-umbian (misalnya ubi kayu dan ubi jalar), buah-buahan (misalnya kelapa kopra dan kelapa sawit). Konsentrat dapat juga berasal dari hewan seperti tepung daging, tepung tulang dan tepung ikan. Di samping itu, konsentrat dapat juga berasal dari industri kimia seperti protein sel tunggal, limbah atau hasil ikutan dari pangan seperti dedak padi dan pollard, hasil proses ekstraksi seperti bungkil kelapa dan bungkil kedelai, limbah pemotongan hewan seperti tepung darah dan tepung bulu serta limbah dari proses fermentasi seperti ampas bir. 

Bahan Pakan Lokal Pada dasarnya kandungan yang terdapat dalam pakan ternak dapat dibagi menjadi 6 (enam) golongan yaitu: air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Energi sebagai unsur yang vital yang mendukung kehidupan ternak diperoleh dari: 23,5% karbohidrat, 53% lemak, dan 23,5% protein. Sumber energi dapat diperoleh dari jagung kuning, katul, tapioka, sagu, pollard (wheat bran), minyak nabati, minyak hewani, dan lain-lain. 

Sumber protein nabati bisa diperoleh dari bungkil kedelai/soya bean meal (SBM), corn glutten meal (CGM), bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas kecap, biji kapuk, dan lain-lain. Sumber protein hewani bisa diperoleh dari meat bone meal, poultry by product meal, tepung ikan, dan lain-lain. Sumber mineral dapat diperoleh dari tepung tulang, tepung kerang, tepung kepala udang, garam, dan lain-lain. Sumber vitamin dan lainnya bisa diperoleh dari tepung daun, premix/feed additive, asam amino sintetik, pemacu pertumbuhan (growth promotor) koksidiostat, anti jamur, antitoxin, antioksidan, perekat, pigmen, flavor, dan lain-lain. Additive, asam amino sintetik, pemacu pertumbuhan, koksidiostat, anti jamur, antitoxin, antioksidan, perekat, pigmen, flavor. 

Hijauan Pakan Ternak 

Hijauan adalah makanan utama (sumber energi dan protein) bagi ternak ruminansia yang terdiri dari dua macam yakni rumput-rumputan (energi) dan leguminosa (protein). Pada batas tertentu leguminosa dapat diberikan pada monogastrik. Kandungan nutrisinya berfluktuasi menurut spesies, lingkungan, dan cara budidaya. Terdapat beberapa jenis rumput yang umum digunakan antara lain:

Guinea grass, green panic (Panicum Maximum Jacq) yang dikenal dengan nama rumput Benggala atau suket londo. Rumput ini berasal dari Afrika dan tersebar ke Asia, Australia, dan Eropa. Rumput yang memiliki palatabilitas yang sangat baik ini memiliki protein kasar yang bervariasi antara 4-14% dan serat kasar sekitar 28-36%. Kandungan pospor dalam rumput ini umumnya sudah mencukupi kebutuhan ruminansia. 

Rumput Benggala dapat membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 1,25 m tergantung varietasnya. Rumput ini cocok untuk dataran rendah dan dataran tinggi (1.700 m dpl) dengan curah hujan 600-1800 mm/th. Pada ketinggian di atas 1400 m dpl, rumput ini tidak dapat berbunga. Namun, jenis ini masih dapat tumbuh pada tanah dengan solum tipis dan berbatu, tahan terhadap naungan dan kekeringan serta dapat tumbuh baik pada pH tanah 5-8. Hijauan segar ini bisa mencapai 100-150 t/ha/th. Dengan produksi berat segar 100 sampai 150 ton/ha/th (satu kali pemotongan interval 45 hari adalah 12.5-18.75 to) berarti dapat mencukupi kebutuhan ternak sebanyak kurang lebih 9-13 ekor sapi dengan berat badan 300 kg. Budidaya jenis ini dapat dilakukan dengan biji dan pols, bisa juga dengan stek batang. Jarak tanam 60 x 60 m atau disesuaikan dengan kondisi tanah. Pemanenan pertama umur 90 hari setelah tanam. Interval panen pada musim hujan 30-40 hari dan musim kemarau 50-60 hari. Tinggi pemotongan sebaiknya 5-10 cm dari permukaan tanah. 

Elephant Grass, Napier Grass (Pennisetum Purpureum Schumach). 

Di Indonesia, rumput ini dikenal dengan nama rumput gajah. Jenis ini berasal dari Afrika daerah tengah dan tersebar luas di seluruh wilayah tropis. Jenis ini masuk ke Indonesia dari Afrika pada akhir masa penjajahan Belanda sejak tahun 1926. Di Indonesia, mula-mula disebarkan di daerah peternakan sapi perah seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Namun, sekarang sudah tersebar pula di wilayah peternakan sapi potong. Rumput ini merupakan hijauan yang populer karena produktivitasnya cukup tinggi. 

Pada rumput muda, bahan keringnya rendah 12-18%, tetapi naik dengan cepat seiring dengan umur. Rumput ini memiliki palabilitas yang cukup baik. Rumput ini tumbuh membentuk rumpun. Perakarannya cukup dalam dengan rhizoma atau rimpang pendek. Pada umur 4-5 tahun, kumpulan batang di bagian bawah membentuk bonggol sehingga perlu diremajakan. Batangnya tegak, berbuku, dan keras bila sudah tua. Tinggi tanamannya bisa mencapai 1,8 sampai 4,5 m tergantung pada kultivasinya dengan diameter batang 3 cm. 

Di Afrika dilaporkan bisa mencapai tinggi 7 m. Sebaliknya, di Amerika dikenal juga rumput gajah kerdil (Kultivar Mott) tetapi nilai gizinya cukup tinggi. Daunnya keras dan berbulu dengan panjang mencapai 90 cm dan lebar 8-35 cm. Bunganya berbentuk tandan (seperti es lilin), tetapi bijinya sulit didapat. Rumput ini dapat tumbuh baik di dataran rendah dan dataran tinggi dan pada berbagai jenis tanah dengan curah hujan di atas 1.000 mm/tahun. Rumput ini dilaporkan juga tahan terhadap naungan. Kandungan protein rumput ini sekitar 7.6% (tergantung pada kultivar), sedangkan daya hasil mencapai 350 sampai 525 ton bobot segar per ha per tahun. Dengan hasil setiap panen (interval 45 hari) 8-12 ton bobot segar berarti cukup untuk kurang lebih 32-46 ekor sapi dengan berat badan 300 kg. Penanaman rumput ini dilakukan dengan pols dan stek. Panjang stek 20-30 cm (mempunyai dua mata tunas). Jarak tanaman 1 m x 1 m dapat disesuaikan dengan kondisi tanah. Pemanenan pertama umur 60-80 hari setelah tanam. Pada musim hujan interval panen 30-40 hari dan musim kemarau 50-60 hari. Tinggi pemotongan 15-20 cm dari permukaan tanah. 

1. King Grass (Pennisetum Purpurhoides)

Jenis ini merupakan persilangan antara P. Purpureum dan P. Ameriacnum (Amerika tropis). Di Indonesia, rumput ini dikenal sebagai rumput raja. Berasal dari Afrika daerah tropis, rumput ini memiliki kualitas nutrisi lebih baik daripada rumput gajah. Protein kasarnya lebih tinggi daripada rumput gajah. Secara fisik hampir sama dengan rumput gajah tetapi tekstrurnya lebih kasar (berbulu). Tanaman rumput raja memerlukan pemeliharaan yang teratur untuk memperoleh hasil yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat. 

Untuk itu perlu dilakukan penyiangan terhadap gulma agar tidak terjadi persaingan. Pada waktu penyiangan perlu diadakan penggemburan tanah dan pembumbunan disekitar rumpun tanaman. Pemotongan pertama dapat dilakukan pada umur tanaman 2-3 bulan sebagai potong paksa. Hal ini bertujuan untuk menyamakan pertumbuhan dan merangsang pertumbuhan jumlah anakan. Pemotongan berikutnya dilakukan sekali setiap 6 minggu, kecuali pada waktu musim kemarah waktu potong sebaiknya diperpanjang. Tinggi pemotongan 10-15 cm dari permukaan tanah. Hindari pemotongan yang terlalu tinggi karena akan banyak sisa batang yang mengayu (keras). Jangan dipotong terlalu pendek karena akan mengurangi mata atau tunas muda yang tumbuh.

2. Signal Grass (Brachiaria Decumbens Stapf). 

Di Indonesia, rumput ini dikenal dengan rumput signal atau rumput BD. Jenis ini cocok digunakan untuk padang penggembalaan. Rumput ini berasal dari Afrika Timur (Uganda, Rwanda, Tanzania, dan lain-lain). Kualitas rumput ini dangat baik dengan protein kasar sekitar 6-11% dan serat kasar sampai dengan 37%. Palatabilitas rumput jenis ini cukup baik dan bisa digunakan sebagai tanaman sela dengan tanaman besar (kelapa, karet, sawit, dan lain-lain). 

Perakaran dangkal sampai dalam tergantung varietas. Batang agak kasar dan beruas pendek-pendek. Daun pendek kaku berbulu bertekstur halus. Bunga berbentuk mayang bendera. Rumput ini tumbuh membentuk hamparan lebat dengan tinggi tanaman mencapai 20 sampai 250 cm tergantung pada varietas tanaman. Rumput jenis ini dapat tumbuh pada curah hujan 1000 mm/th dan toleran terhadap jenis tanah dengan kisaran cukup luas mulai dari berstruktur ringan dengan pH 6-7. Tidak hanya itu, rumput BD tahan terhadap kekeringan selama 6 bulan dan terhadap cuaca dingin serta toleran terhadap penggembalaan. 

Kandungan protein dalam rumput ini 8-10 % tergantung kultivarnya. Produksi berat segar 80-150 ton/ha/th tergantung pada varietasnya. Jenis ini responsif terhadap pemupukan nitrogen. Dengan produksi berat segar 100 sampai 150 ton/ha/th atau sekitar 12,5-18,75 ton satu kali pemotongan, berarti mencukupi kebutuhan untuk 9-13 ekor sapi dengan berat badan 300 kg. Penanaman dapat dilakukan dengan pols atau biji. Apabila ditanam dengan pols sebaiknya dengan jarak tanam 30 x 30 cm atau disesuaikan dengan kondisi tanah. Jika ditanam sebagai penguat teras, jarak tanamnya bisa 20 cm. Apabila ditanam dengan biji, takarannya 2 kg/ha. Pemanenan pertama dilakukan saat berumur 60 hari setelah tanam. Pada musim hujan, interval panen 40 hari dan musim kemarau 50-60 hari. Tinggi pemotongan 5-10 cm dari permukaan tanah. 

Selain rumput, terdapat juga beberapa jenis legum untuk makanan ternak antara lain:

1. Sentro Butterfly Pee (Centrosema Pubescent Benth).

dikenal dengan nama kacang sentro. Jenis ini berasal dari Amerika Tengah dan Selatan Tropis. Palatabilitas jenis ini sangat baik dan dapat digunakan sebagai sumber protein yang baik untuk ruminansia. Protein kasarnya berkisar antara 11-24%.

2. Calopogonium (Calopogonium Mucunoides Descv) atau kacang asu

Kacang ini berasal dari Amerika tropis dengan palatabilitas kurang baik karena daun dan batangnya mempunyai bulu. Protein kasarnya tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 15%, tetapi serat kasarnya cukup tinggi yaitu 35%. 

3. Calliandra Calothyrsus (Messn) atau kaliandra. 

Jenis ini berasal dari Amerika Tengah dengan populasi yang sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Jenis ini pada umumnya tidak mengandung racun dan memiliki protein kasar daun sekitar 24% dengan serat kasar yang relatif rendah yakni 24%.

4. Gliricidia Sepium (Jacq) atau Gamal, Liriksidia. 

Jenis ini berasal dari Amerika Tengah dengan kualitas bervariasi dengan protein kasar sekitar 19% dan akan menurun dengan penambahan umur tanaman. Palatabilitas jenis ini kurang baik sehingga sebaiknya dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan ke ternak.

5. Leucana Leucocephala (Lamk) de Wit atau Klandingan, Lamtoro. 

Jenis ini berasal dari Guatemala dengan protein kasar bervariasi 14-19% dan serat kasar bervariasi besar antara 33-66%. Kandungan vitamin C dan A biasanya tinggi. Jenis ini mengandung antinutrisi minosin yang berbahaya terutama untuk monogastrik. 

6. Sesbania Grandiflora (L) Poiret atau Turi, Toroy, Tuwi. 

Jenis ini berasal dari Asia Tenggara dengan palatabilitas sangat baik. Protein kasar jenis ini cukup tinggi sekitar 29% dan serat kasar cukup rendah yakni 5-15%. Jenis ini mengandung saponin dan tannin dan pada unggas menimbulkan efek negatif.

Sumber: 

Direktorat Pakan Ternak, Dorektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian 2011, 
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian 2006, 
Heri Ahmad Sukria & Rantan Krisnan, Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia.

Incoming search terms:

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

Salah satu penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit serta berpotensi mengurangi produksi hingga 25% pada tanaman berusia 3–9 tahun adalah busuk tandan kelapa sawit, atau buah sawit busuk sebelum masak (Siregar, 2011) Penyebab buah sawit busuk sebelum masak dapat bervariasi dan melibatkan beberapa faktor. Berikut beberapa alasan umumnya: 1. Penyakit: Beberapa […]

Advertisements Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak sawit terbesar di dunia, sebagai salah satu negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam maka saat ini begitu banyak hutan-hutan di Indonesia yang beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, mulai dari perkebunan sawit tingkat masyarakat maupun perusahaan saat ini sedang gencar dalam melakukan […]

Gajah banyak di Sumatera

Landak

Rayap Advertisements 08Sep2012No Comments Rayap pekerja jenis ini biasanya merusak akar, batang dan pangkal pupus terutama pada tanaman muda di lahan gambut. Rayap pekerja berwarna putih, panjangnya 5 mm. Rayap tentara panjangnya 6-8 mm, memiliki kepala besar dan rahang yang kuat. Ratu dapat mencapai panjang 50 mm. Jenis ini […]