menanam cabe Secara umum, lahan di Indonesia dibedakan menjadi kawasan beriklim basah dan beriklim kering. Lahan di daerah beriklim basah didominasi oleh tanah masam akibat pencucian yang intensif, seperti Podzolik Merah-Kuning, Latosol, Andisol, dan Aluvial. Tanah-tanah tersebut umumnya miskin unsur hara dengan pH masam (kecuali tanah Aluvial), dan rendah kadar bahan organiknya (kecuali tanah Andisol).
Lahan di daerah beriklim kering didominasi oleh tanah alkalin seperti Grumosol dan Mediteran. Secara umum sifat kimiawi tanah beriklim kering lebih baik daripada tanah beriklim basah, karena kandungan hara dan basa cukup tinggi, dengan pH netral. Namun kandungan bahan organik, hara S, hara mikro (Cu dan Zn) umumnya rendah. Lahan sawah hampir terdapat pada setiap jenis tanah, tetapi luas dan kondisinya tergantung pada ketersediaan hujan.
Kebanyakan lahan sawah terdapat pada jenis tanah Aluvial. Kendala kesuburan pada lahan sawah terutama ketersediaan fosfat (P), sementara unsur Ca, Mg dan K umumnya cukup tinggi. Berdasarkan luas areal penanamannya, lahan paling cocok untuk tanaman cabai merah di Indonesia dijumpai pada jenis tanah Mediteran danAluvial dengan tipe ikiim D3/E3, yaitu 0-5 bulan basah dan 4-6 bulan kering.
Kemasaman Tanah dan Pengapuran
Kemasaman (pH) tanah mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Pada pH netral (6,5-7,5) unsur-unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak (optimal). Pada pH < 6,0 ketersediaan hara P, K, Ca, S dan Mo menurun dengan cepat. Pada pH > 8 ketersediaan hara N, Fe, Mn, Bo, Cu dan Zn relatif sedikit
.
Cabai merah mempunyai toleransi yang sedang terhadap kemasaman tanah, dan dapat tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 5,5 – 6,8. Pada pH > 7,0 tanaman cabai merah seringkali menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daun menguning karena kekurangan hara besi (Fe). Pada pH < 5,5 tanaman cabai merah juga akan tumbuh kerdil karena kekurangan Ca, Mg dan P atau keracunanAI dan Mn (Knott 1962).
Pada tanah masam (pH < 5,5) perlu dilakukan pengapuran dengan Kaptan atau Dolomit dengan dosis 1-2 t/ ha untuk meningkatkan pH tanah dan memperbaiki struktur tanah. Pengapuran dilakukan 3-4 minggu sebelum tanam, dengan cara menebarkan kapur secara merata pada permukaan tanah lalu kapur dan tanah diaduk. Pada tanah masam disarankan tidak menggunakan terlalu banyak pupuk yang bersifat asam seperti ZA dan Urea. Pupuk N yang paling baik untuk tanah masam adalah Calcium Amonium Nitrate (CAN). Pupuk yang bersifat masam akan baik pengaruhnya bila digunakan pada tanah Alkalin.
Perbaikan Sifat Fisik Tanah
Tanah yang ideal terdiri atas tiga komponen, yaitu masa padatan, air dan udara, masing-masing dengan volume sepertiga bagian. Keadaan ini akan menjamin aerasi, daya tahan air, drainase, dan aktivitas biologi tanah yang cukup baik. Perbaikan sifat fisik tanah antara lain dapat dilakukan dengan pengolahan tanah dan pemberian bahan organik. Bahan organik mempunyai sifat mengurangi kepadatan tanah berat (tanah liat) dan meningkatkan daya tahan air bagi tanah ringan (tanah pasir). Tanah yang berpasir sekurang-kurangnya harus mengandung bahan organik 4 (C-organik 2), dan untuk tanah liat diperkirakan harus mengandung bahan organik 2(C-organik1).
Kebutuhan Unsur Hara
Lahan dengan kesuburan kimia yang kurang baik tidak merupakan faktor pembatas yang serius dalam budidaya cabai merah, karena penggunaan pupuk organik dan pupuk buatan relatif mudah. Hal yang tidak menguntungkan adalah adanya pemberian pupuk yang berlebihan dan tidak berimbang. Sering dijumpai petani yang memberikan pupuk secara berlebihan (terutama pupuk N) dengan maksud mendapatkan hasil yang setinggi-tingginya, tetapi pada kenyataannya hasilnya tidak selalu memuaskan. Penggunaan pupuk yang berlebihan dapat menjadikan tanaman rentan terhadap serangan hama dan penyakit, serta dapat menurunkan kualitas tanah. Untuk menghasilkan buah sebanyak 21 t/ha, tanaman cabai merah harus menyerap unsur hara N sebanyak 70 kg/ ha, P205 16 kg /ha, dan K20 92 kg /ha
(IFA World Fertilizer Use Manual, 1992 cit. Sutarya et al. 1995). Bila efisiensi serapan N diperkirakan 60, P 40dan K 70, maka pupuk N yang perlu diberikan adalah 70 kg/ 0,6 = 117 kg, P205 adalah 16 kg/ 0,4 = 40 kg, dan K20 adalah 92 kg/ 0,7 = 131 kg per ha. Kebutuhan pupuk tersebut bervariasi tergantung pada jenis lahan, varietas, dan waktu tanam.

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

Salah satu penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit serta berpotensi mengurangi produksi hingga 25% pada tanaman berusia 3–9 tahun adalah busuk tandan kelapa sawit, atau buah sawit busuk sebelum masak (Siregar, 2011) Penyebab buah sawit busuk sebelum masak dapat bervariasi dan melibatkan beberapa faktor. Berikut beberapa alasan umumnya: 1. Penyakit: Beberapa […]

Insektisida pembasmi telur ulat, atau ovicide, adalah produk kimia yang dirancang khusus untuk membunuh telur ulat sebelum menetas. Berikut adalah beberapa jenis insektisida yang sering digunakan untuk mengendalikan telur ulat: Metoksifenozide: Insektisida ini bertindak sebagai penghambat pertumbuhan ulat dan memiliki efek ovicidal yang baik. Diflubenzuron: Merupakan insektisida yang efektif sebagai ovicide, menghambat pertumbuhan dan perkembangan […]

Karet, sebagai tanaman perkebunan terkemuka kedua di Indonesia setelah kelapa sawit, diyakini memiliki jumlah petani yang sebanding dengan petani kelapa sawit. Dalam beberapa tahun terakhir, harga jual karet mengalami penurunan, mendorong petani untuk mencari strategi kreatif agar dapat memperoleh penghasilan setidaknya sebanding dengan periode sebelum penurunan harga. Cara yang digunakan adalah dengan mendorong tanaman karet […]

Padda September 2021, perdagangan pupuk hayati di tingkat global adalah bagian dari industri pertanian yang berkembang pesat. Pupuk hayati, seperti bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfor, dan mikroorganisme lainnya, digunakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman secara alami dan berkelanjutan. Beberapa mikroorganisme yang umumnya termasuk dalam pupuk hayati melibatkan bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfor, dan mikroba […]

Dikalangan umat Hindu ada yang namanya Rudraksha biji yang dianggap berasal dari tetesan air mata Dewa Siwa. Apa itu biji Rudraksha? Rudraksha adalah biji tanaman yang di Indonesia biasa disebut dengan Jenitri. Jenitri Tanaman biji Jenitri ini banyak ditemui di hampir semua pulau di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara hingga Papua. Kabarnya, […]