JAKARTA (Pos Kota) –Belum turunnya harga kebutuhan pokok seperti cabe rawit, cabe rawit hijau, bawang merah dan sejumlah kebutuhan pokok, kini giliran harga wartel impor ikut-ikutan naik. Tak tanggung-tanggung, kenaikan ini mencapai hampir 150 persen dari awalnya Rp 20 ribu sekarang Rp50 ribu/kg.

Tentu saja kenaikan ini sangat memberatkan warga dan pedagang yang di sejumlah pasar. Maka dari itu mereka sangat berharap pemerintah untuk segera ambil langkah untuk menyelesaikan persoalan ini.

“Sekarang ini harga cabe sudah melampaui harga daging, bahkan sejak semalam harga wortel impur juga ikut-ikutan naik. Saya sebagai pedagang jadi pusing, sebab harga-harga kebutuhan pokok saat ini tidak dapat diprekdisikan lagi,”terang Iwan,45, salah seorang pedagang sayur di Pasar Koja Baru, Rabu (8/3).

Menurutnya, kenaikan warga wortel ini terjadi sejak semalam, dari awalnya hanya Rp20 ribu sekarang menjadi Rp50 ribu/kg. Bahkan saat ini harga cabe rawit mereah masih masih bertengger dikisaran Rp160 ribu/kg.

Dampak kenaikan harga kebutuhan pohok ini sangat luar biasa dirasakan oleh pedagang. Biasanya dalam sehari dirinya bisa menjual wortel antara 5 hingga 8 kg/hari sekarang paling banter hanya 2 kg, dan itupun kalau warga membeli hanya dua hingga 3 buah saja.

“Semenjak harga sayur mayur ini naik pedagang di sini sangat terasa karena setiap hari selalu sepi dari pembeli. Bahkan kami sangat khawatir akan gulung tikar, karena tidak ada warga yang datang dan berbelanja,”terangnya.
Senada juga disampaikan Badriah, 50, menurutnya dengan kenaikan harga kebutuhan pokok ini dirinya pusing karena sejak awal tahun hingga saat ini harga cabe terus naik. Padahal dulu kalaupun naik harga seyur mayur ini tidak sebesar ini dan jika ada kenaikan tak lama harga-harga tersebut akan normal kembali.

“Sampai kapan kenaikan harga ini akan segera turun, sebab semenjak tahun baru harga bukanya turun malah terus naik. Kami berharap kepada pemerintah untuk segera mengambil tindakan menstabilkan harga ini,”terang Bandriah.

Seperti diketahui kenaikan harga cabe diduga akibat ulah mafia di Pasar Induk Kramatjati.  Bahkan polisi sudah meringkus dua tersangka yang diduga telah menjual cabai ke perusahaan yang seharusnya dijual  kepada pedagang di pasar-pasar tradisional.

Yang jadi pertanyaan apa ya juga wortel dikendalikan oleh mafia sehingga kenaikannya luar biasa. (wandi/m10)

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan stok pangan aman untuk menghadapi Ramadan dan Idul Fitri tahun ini. Selain itu, harga pangan juga dipastikan tidak akan menekan konsumen. Demikian disampaikan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi  dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9 yang diselenggarakan di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (13/5/2019). “Kami telah berkoordinasi dengan kementerian/lembaga […]

BEKASI  – Harga sembako galam kelompok bumbu dapur cenderung masih tinggi alias mahal. Hal ini terdapat pada golongan bawang yaitu bawang putih kating yang bertahan sebulan belakangan ini Rp60 ribu/kg. Sedangkan bawang putih banci atau biasa hanya Rp45 ribu/kg. “Saking mahalnya bawang putih kating nggak dijual. Adanya banci. Siapa yang mau beli. Emak-emak pada teriak […]

SUKABUMI – Harga komoditi cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Kota Sukabumi, Jawa Barat turun. Dari harga pekan lalu Rp24 ribu per kilogramnya turun Rp6 ribu, kini Rp18 ribu. Penurunan juga dialami harga komoditi cabai rawit merah sebesar Rp4 ribu. Kini harganya Rp28 ribu dari sebelumnya Rp32 ribu per kilogramnya. Begitupun bawang putih impor, […]

JAKARTA – Pedagang ketoprak sejak seminggu belakangan mengurangi takaran bawang putih untuk sepiring dagangan yang dijualnya. Hal itu dilakukan lantaran harga bumbu dapur ini terus meroket sehingga membuat mereka teriak. Slamet, 41, pedagang di wilayah Jatinegara yang mengaku harus sedikit mengurangi takaran bumbu. Pasalnya, harga bawang putih dinilai sudah sangat tinggi dan membuatnya kebingungan. “Beli […]

JAKARTA – Lahan kosong milik Kebun Bibit Pertanian di Jalan Aselih, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan milik Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta yang kosong dimanfaatkan untuk ditanami sayur-sayuran. Ini dilakukan selain mengantisipasi diserobot orang juga untuk menambah perekonomian masyarakat. Fatmawati, 52,warga RW 05 Ciganjur mengaku senang bisa memanfaatkan lahan kosong ini. Sebab […]