Luhut Binsar Panjaitan (kiri) dan Joko Supriyono (kanan)Para pengusaha kelapa sawit yang memiliki lahan puluhan ribu hektar harus bersikap adil kepada petani. Dengan begitu akan terjadi pemerataan kesejahteraan.

(MEDBUN.NET) – Para pengusaha kelapa sawit harus bersikap adil terhadap para petani kelapa sawit, khususnya para petani plasma. Pengusaha yang telah memiliki puluhan hingga ratusan ribu hektar harus membagikan lahannya kepada petani plasma, sehingga terjadi pemerataan.

“Gejolak akan timbul karena ketidakadilan. Karena itu para pengusaha kelapa sawit harus bersikap adil kepada para petani kelapa sawit,” tegas Kepala Staf Presiden Luhut Binsar Panjaitan di depan para anggota Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) usai pengukuhan pengurus Gapki periode 2015- 2018, di Jakarta, akhir April lalu.

Menurut Luhut, selama ini para pengusaha kelapa sawit sudah memiliki puluhan hingga ratusan ribu hektar kebun kelapa sawit. “Sekarang saatnya para pengusaha kelapa sawit berbagi lebih banyak dengan masyarakat dan petani kelapa sawit, sehingga akan terwujud keadilan yang lebih merata,” tegasnya.

Dalam program pengembangan daerah perbatasan, Luhut mengatakan, pemerintah antara lain akan mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Untuk itu kepada para pengusaha kelapa sawit harus memberikan kesempatan kepada masyarakat lebih luas untuk menjadi petani plasma kelapa sawit.

Luhut meminta, dalam pengembangan daerah perbatasan pengusaha agar memberikan lahan kepada petani plasma lebih dari 2 hektar. “Perusahaan inti cukup menjadi pengelola kebun secara minoritas saja, sehingga keadilan akan lebih merata dan lebih kuat karena petani kelapa sawit menjadi lebih sejahtera,” ujarnya.

Pemerintahan saat ini, lanjut Luhut, sangat memperhatikan keberadaan industri kelapa sawit. Pemerintah akan mendukung dan membantu setiap upaya pengembangan industri kelapa sawit. Namun para pengusaha kelapa sawit juga harus bersikap adil, dan mendukung program pemerintah juga.

Sementara itu, Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, produk minyak sawit dan turunannya akan menjadi kunci untuk mencapai kemandirian ekonomi. Karena itu seluruh pemangku kepentingan, terutama pengusaha dan pemerintah harus bekerja lebih erat dan sinergis untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia.

Menurut Joko, kunci kemandirian ekonomi adalah tercapainya swasembada pangan dan ketahanan energi. “Saat ini dan di masa mendatang, sektor kelapa sawit memegang peran penting dalam mencapai kedua hal tersebut,” ujar Direktur PT Astra Agro Lestari yang terpilih sebagai Ketua Umum Gapki pada Musyawarah Nasional IX pada akhir Februari lalu.

Joko menyebutkan, produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) dan turunannya pada akhir 2014 lalu mencapai 31,5 juta ton. Produksi tersebut tetap mengukuhkan posisi Indonesi sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Sedangkan jumlah tenaga kerja, petani dan pihak lain dalam mata rantai industri kelapa sawit mencapai lebih 5 juta orang. Sedangkan sumbangan devisa ekspor produk minya sawit mentah dan turunannya pada periode yang sama mencapai sekitar USD 21 miliar.

Joko menegaskan, tidak ada pilihan bagi bangsa Indonesia selain terus mengembangkan sektor kelapa sawit. “Selain sebagai bahan baku pangan, ke depan permintaan sawit juga semakin besar sebagai bahan baku eneri (biofuel),” tukasnya.

Terkait dengan itu, lanjut Joko, program mandatori biofuel dari pemerintah menjadi salah satu peluang bagi sektor kelapa sawit untuk memperkuat pasar domestik. Apalagi saat ini masih terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di sejumlah pasar utama CPO dari Indonesia, yaitu India, China dan Uni Eropa.

Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerapkan mandatori pencampuran bahan bakar nabati (BBN) dalam bahan bakar minyak (BBM) sebesar 15 persen (B15) mulai 1 April. “Hanya saja peraturan resminya sampai sekarang masih belum keluar. Kita masih menunggu,” ujar Joko.

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

JAKARTA – Dewan Karet Indonesia optimistis dapat meningkatkan serapan karet alam domestik hingga 1 juta ton per tahun dari total produksi karet alam Indonesia sekitar 3,1 juta ton per tahun.  Hal ini asalkan pemerintah serius mengimplementasikan instruksi presiden (inpres) tentang peningkatan serapan domestik untuk karet alam pascapenerbitannya, yakni mewajibkan setiap proyek infrastruktur yang dikerjakan pemerintah […]

Uni Eropa mengapresiasi terhadap kebijakan Indonesia dalam menerapkan sistem Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada industri kelapa sawit. Sehingga produk kelapa sawit aman bagi kesehatan dan juga ramah lingkungan. Kepala Sekretariat ISPO Herdrajat Natawidjaya mengatakan, apresiasi Uni Eropa kepada Indonesia tercermin dalam menerima delegasi Indonesia pada sosialisasi ISPO di negara Eropa, seperti Belanda, Belgia, […]

Keputusan pemerintah menjalankan dan mengelola dana minyak sawit akan membawa dampak bagi perkembangan industri minyak sawit di masa depan. Terutama ketika industri minyak sawit menghadapi situasi sulit seperti sekarang. Joko Supriyono, Ketua Umum GAPKI menyatakan hal ini ketika membuka Indonesian Palm Oil Conference yang ke 11. Indikator berada dalam situasi sulit ditunjukkan dengan harga […]

Jusuf Kalla saat membuka IPOC di BaliAda 4 hal yang harus dilakukan oleh industri kelapa sawit Indonesia yaitu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, devisa yang dihasilkan semuanya disimpan di dalam negeri, memperhatikan lingkungan dan meningkatkan nilai tambah dengan membangun industri hilir. Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla menyatakan hal ini ketika membuka Indonesian Palm Oil […]

Malaysia dan Indonesia masing-masing akan menanamkan US$5 juta untuk operasi-operasi awal badan minyak kelapa sawit gabungan yang baru, yang tugas-tugasnya termasuk menstabilkan harga dan mengelola tingkat pasokan, menurut pihak berwenang di kedua negara Sabtu (21/11). Sekretariat dewan akan berlokasi di Jakarta dan keanggotaan akan diperluas ke seluruh negara-negara penanam kelapa sawit, termasuk Brazil, Kolombia, Thailand, […]