Advertisements

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat telah mengkaji peluang pengembangan bawang merah  di lahan gambut. Dari enam varietas yang dikaji, dua varietas, Moujung dan Sumenep, berpeluang dikembangkan di lahan gambut Kalimantan Barat. Selain produktivitasnya tinggi, kedua varietas tersebut tahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh Alternaria porii.

Kalimantan Barat dengan luas  wilayah sekitar 14,68 juta ha umumnya memiliki ekosistem lahan kering (dataran rendah dan sedang) dan lahan basah (rawa lebak,  pasang surut, dan gambut). Salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang memiliki lahan gambut adalah Kuburaya. Petani di daerah ini umumnya mengusahakan tanaman sayuran, seperti kacang panjang, cabai, tomat, dan terung serta tanaman buah semusim melon dan semangka. Bawang merah belum banyak dikembangkan di Kalimantan Barat sehingga untuk mencukupi kebutuhan perlu  endatangkannya dari Pulau Jawa.

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran bernilai ekonomi tinggi dan dapat dikembangkan di wilayah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman bawang merah tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, mendapat sinar matahari 70% dengan suhu udara 25°-32°C.

Berdasarkan persyaratan tumbuh tersebut, pada tahun 2010 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat melakukan pengkajian pengembangan bawang merah di beberapa wilayah di  Kalimantan Barat, antara lain di Kabupaten Kuburaya. Lahan yang  digunakan untuk pengkajian telah digunakan petani untuk menanam kacang panjang dan terung. Sebelumnya, lahan tersebut merupakan lahan tidur. Baru pada tahun 2008/2009 lahan dikelola oleh petani setempat untuk menanam sayuran. Petani mengolah tanah  dengan cara mengiris gambut lalu gambut dibakar dan tanah diratakan.  Gambut diiris dengan alat semacam cangkul yang tajam di bagian sampingnya. Tanah kemudian  diberi kapur atau dolomit untuk menetralkan keasaman (pH).

Pada pengkajian ini, lahan yang telah rata diolah, lalu diberi pupuk kotoran ayam dan pupuk organik Petroganik 10 t/ha. Gulma dibersihkan dengan cara disemprot herbisida. Kapur diberikan dengan takaran 120 kg/900 m2. Tanah lalu dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran 1 m x 12 m. Setelah bedengan siap, umbi bawang merah berukuran 5-10 g ditanam dengan jarak 20 cm x 20 cm.

Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama penyakit. Pupuk yang diberikan yaitu urea 300 kg/ha, SP-36 200 kg/ha, KCl 300 kg/ha, dan NPK 100 kg/ha.  Setengah dosis pupuk urea, SP-36, dan KCl diberikan pada umur 15 hari setelah tanam dan setengah dosis sisanya pada umur 30 hari. Pupuk NPK diberikan tiga kali, yaitu masing-masing sepertiga bagian pada umur 15 hari, 30 hari, dan 45 hari setelah tanam.

Pengkajian ini menggunakan enam varietas bawang merah, dengan tujuan untuk mengetahui varietas yang cocok dikembangkan  di Kalimantan Barat. Keenam varietas tersebut adalah Bauji, Super Philip, Moujung, Sumenep, Thailand, dan Bali Karet. Dari enam varietas tersebut, varietas yang memberikan hasil tertinggi adalah Moujung, Sumenep, dan Bali Karet, namun jumlah umbi tiap rumpun paling banyak dihasilkan varietas  Moujung dan Sumenep (Tabel 1).

Penyakit yang dijumpai menyerang pertanaman bawang merah adalah Alternaria porii. Varietas Bauji, Super Philip, dan Thailand rentan terhadap penyakit tersebut. A. porii merupakan penyakit yang sangat merugikan pada bawang merah. Serangan berat dapat menimbulkan kehilangan hasil atau kerusakan tanaman hingga 40%.

Kelembapan yang tinggi dapat memacu perkembangan penyakit. Keadaan ini juga dialami varietas Bauji, Super Philip, dan Thailand karena varietas tersebut tidak tahan terhadap kelembapan yang tinggi. Kalimantan Barat termasuk daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Varietas yang tahan terhadap kelembapan tinggi adalah Moujung dan Sumenep. Oleh karena itu, kedua varietas tersebut dapat dikembangkan di Kalimantan Barat karena selain produktivitasnya tinggi, juga tahan terhadap A. porii. Pengembangan dua varietas bawang merah tersebut di Kuburaya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan lokal sehingga tidak perlu mendatangkan bawang merah dari Pulau Jawa (Titiek Purbiati dan Abdullah Umar).

Informasi lebih lanjut hubungi:
Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kalimantan Barat
Jalan Budi Utomo No. 45,
Siantan Hulu, Kotak Pos 6150
Pontianak 78061
Telepon : (0561) 882069
Faksimile : (0561) 883883
E-mail : bptp-kalbar@litbang.deptan.go.id

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

JAKARTA – Manajer Program Hukum dan Masyarakat Epistema Institute, Yance Arizona mengutarakan, eksistensi masyarakat adat sangat perlu diakui negara. Bahkan, tak cukup hanya pengakuan. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 dilapanagn faktanya masih banyak terjadi pengabaian terhadap hak-hak masyarakat adat. Yance menyatakan, kalau sebelumnya hutan adat adalah hutan negara, setelah putusan MK 35/2012, hutan adat adalah […]

Advertisements Medan – Jaksa Agung Muhammad Prasetyo mengatakan proses eksekusi lahan sawit milik pengusaha DL Sitorus seluas 47 ribu ha di Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, sudah selesai. Kejaksaan Agung sudah menyerahkan lahan tersebut kepada Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. “Perkara DL Sitorus menyangkut barang bukti seluas 47 ribu ha sudah diserahkan secara […]

KOTA KINABALU – Menteri Sains, Teknologi dan Inovasi, Datuk Ewon Ebin mengatakan, salah satu dari tiga proyek yang memanfaatkan minyak sawit atau biorefinery di Sabah dan Sarawak, telah disetujui oleh komite Bioeconomy Transformation Programme (BTP). Genting Plantations Berhad bakal berkolaborasi dengan Elevance Renewable Sciences, sebuah perusahaan kimia asal Amerika Serikat, untuk membangun biorefinery. Seperti tulis […]

Advertisements Amerika Serikat – Merujuk laporan Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan dunia, Forest Heroes, menuding perusahaan sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) bertaggung jawab terhadap kerusakan hutan tropis. Sebelumnya PT Astra Agro Lestari Tbk telah berjanji tidak bakal membangun perkebunan kelapa sawit di hutan tropis, tetapi Forest Heroes menganggap janji PT Astra Agro […]

HERSHEY – Perusahaan Hershey, April 2015 melaporkan hasil penggunaan bahan baku dari sumber minyak sawit berkelanjutan, yang didukung lewat kerjasama strategis dengan The Forest Trust (TFT). Tercatat Harshey, telah menggunakan minyak sawit berkelanjutan sebanyak 94% dari semua pabrik yang menggunakan minyak sawit secara global. Kabarya Harshey, sedang melakukan pemetaan rantai pasok hingga ke perkebunan, yang […]