Advertisements

Reputasi dan pengalaman Theodore Permadi (TP) Rachmat sebagai eksekutif sudah  teruji dalam mengelola Grup Triputra. Sampai 2022, omset Triputra ditargetkan mencapai US$ 20 miliar.

“Sukses Tak Mengenal Kata Pensiun”, kalimat ini menjadi pembuka bab pertama buku Pembelajaran TP Rachmat.  Hal ini menggambarkan passion TP Rachmat –– akrab dipanggil Teddy –– dalam  membangun bisnis dibawah bendera Grup Triputra. TP Rachmat sudah lebih dulu dikenal sebagai Presiden  Direktur PT Astra International Tbk dari tahun 1984-1998 dan  2000-2002.

TP Rachmat termasuk karyawan di Grup Astra. Selepas lulus  Institut Teknologi Bandung (ITB), dia bekerja mulai tahun 1968 di bagian sales. Wiliam Soeryadjaya,sang paman, mengajak Tedy bekerja di Astra. Di perusahaan ini, Tedy diminta belajar mengenai alat berat di Caterpillar, Belanda, pabrik alat berat.  Selama enam bulan, dia belajar seluk beluk alat berat seperti traktor, forklift, dan eskavator.

Setelah itu, dia diminta mengelola United Tractor (UT), unit alat berat Grup Astra. Bersama timnya, Tedy berhasil membangun UT sebagai  perusahaan alat berat terkemuka. Kala itu, merek alat berat yang dipasarkan adalah Komatsu. Dalam bukunya, Teddy menyebutkan UT ini menjadi kawah candradimuka kader pemimpin Grup Astra. Pasalnya, UT selalu memberikan tantang kerja beatbagi karyawannya.

Karir Teddy di Grup Astra sangatlah cemerlang. Pada 1977-1984, dia memegang posisi Presiden Direktur United Tractor. Berlanjut sebagai Wakil Presiden PT Astra International Inc 1981-1984. Puncak karirnya menjabat Presiden Direktur PT PT Astra International Tbk dari 1984 hingga 1998. Dua tahun berikutnya, TP Rachmat memegang posisi presiden direktur lagi untuk menggantikan Rini Soemarno.

Bisnis Triputra Grup berawal dari Adira Finance yang didirikan Rafael Adi Rachmat, ayah Teddy Rachmat  pada 1990 –– bergerak di sektor pembiayaan mobil. Keluar dari Astra, Teddy membesarkan bisnis ini. Dana pinjaman sebesar Rp 2 triliun diperoleh dari Bank Mega dan Bank Danamon untuk memperbesar lini bisnis Adira.

Seperti ditulis dalam bukunya, Adira menandai perpindahan seorang Teddy Rachmat dari profesional menjadi pengusaha. Motivasi Teddy beralih sebagai pengusaha lantaran dirinya menyesal tidak membeli Astra Internasional ketika krisis moneter 1998.

(Lebih lengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi Januari-Februari 2015)

Sumber foto: istimewa

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

JAKARTA – Manajer Program Hukum dan Masyarakat Epistema Institute, Yance Arizona mengutarakan, eksistensi masyarakat adat sangat perlu diakui negara. Bahkan, tak cukup hanya pengakuan. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 dilapanagn faktanya masih banyak terjadi pengabaian terhadap hak-hak masyarakat adat. Yance menyatakan, kalau sebelumnya hutan adat adalah hutan negara, setelah putusan MK 35/2012, hutan adat adalah […]

Advertisements Medan – Jaksa Agung Muhammad Prasetyo mengatakan proses eksekusi lahan sawit milik pengusaha DL Sitorus seluas 47 ribu ha di Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, sudah selesai. Kejaksaan Agung sudah menyerahkan lahan tersebut kepada Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. “Perkara DL Sitorus menyangkut barang bukti seluas 47 ribu ha sudah diserahkan secara […]

KOTA KINABALU – Menteri Sains, Teknologi dan Inovasi, Datuk Ewon Ebin mengatakan, salah satu dari tiga proyek yang memanfaatkan minyak sawit atau biorefinery di Sabah dan Sarawak, telah disetujui oleh komite Bioeconomy Transformation Programme (BTP). Genting Plantations Berhad bakal berkolaborasi dengan Elevance Renewable Sciences, sebuah perusahaan kimia asal Amerika Serikat, untuk membangun biorefinery. Seperti tulis […]

Advertisements Amerika Serikat – Merujuk laporan Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan dunia, Forest Heroes, menuding perusahaan sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) bertaggung jawab terhadap kerusakan hutan tropis. Sebelumnya PT Astra Agro Lestari Tbk telah berjanji tidak bakal membangun perkebunan kelapa sawit di hutan tropis, tetapi Forest Heroes menganggap janji PT Astra Agro […]

HERSHEY – Perusahaan Hershey, April 2015 melaporkan hasil penggunaan bahan baku dari sumber minyak sawit berkelanjutan, yang didukung lewat kerjasama strategis dengan The Forest Trust (TFT). Tercatat Harshey, telah menggunakan minyak sawit berkelanjutan sebanyak 94% dari semua pabrik yang menggunakan minyak sawit secara global. Kabarya Harshey, sedang melakukan pemetaan rantai pasok hingga ke perkebunan, yang […]