Lahan untuk budidaya tanaman karet bisa berupa lahan yang baru dibuka
(perluasan/new planting), lahan bekas tanaman karet yag dibongkar (peremajaan/replantig),
atau lahan bekas tanaman lain (konversi)

Penebangan pohon, pembongkaran tunggul, pembabadan/penebasan semak dan
pembersihan sisa-sisa tumbuhan tersebut (pembakaran). Pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan untuk meratakan dan
memperbaiki sifat fisik tanah. Pembuatan saluran drainase, pembuatan teras, dan  pembuatan jalan kebun.

Pembongkaran tanaman tua dan pembersihan sisa-sisa tanaman tersebut; pengolahan tanah; perbaikan teras, saluran dan jalan kebun.

Cara yang biasa digunakan untuk mencegah kerusakan lahan, meliputi: (a) penanaman menurut kontur; (b) pembuatan teras (bisa berbentuk teras individu atau
teras kolektif); (c) penanaman tanaman penutup tanah.

Tujuanya adalah untuk memperoleh barisan tanaman yang teratur sesuai jarak
tanam dan huungan tanaman. Barisan tanaman karet yang
terbentuk ada dua macam:            (1) barisan lurus, untuk lahan yang datar dan agak
miring; (2) barisan kontur, pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Hubungan antar tanaman pada lahan datar atau agak miring dapat berbentuk
segitiga sama sisi, bujur sangkar atau hubungan jalan.

4. Penanaman penutup tanah

Manfaat tanaman penutup tanah: (1) melindungi permukaan tanah terhadap erosi; (2) menekan pertumbuha gulma; (3) mengurangi penguapan dan membantu menyimpan air tanah; (4) meningkatkan kesuburan tanah; (5) memperbaiki pertumbuhan tanaman pokok; (6) memperlama masa peremajaan; (7) meningkatkan hasil dan pertumbuhan kulit yang
lebih baik.

Tanaman penutup tanah yang banyak digunakan yaitu dari keluarga
Leguminosa (disebut LCC=Legum Cover Crops),
antara lain Calopogonium mucunoides, C. caeruleum, Centrosema pubescens, C.
plumieri, Mucuna colchichinensis
, dsb.

–    campuran C. mucunoides (2,8
kg) + C. phaseloides (2,3 kg) + C caeruleum (0,6 kg);

–    campuran C. phaseloides (3,4
kg) + C. caeruleum (0,6 kg) + M. colchichinensis (1,7 kg);

–    campuran C. pubescens (3,9
kg) + C. phasoloides (1,2 kg) + C caeruleum (0,6 kg).

Cara menanam LCC: (1) jarak barisan pertama dengan tanamn karet 1,0 m,
barisan berikutnya berjarak 1,0 m pada lahan datar atau landai, dan 1,8-2,4 m
pada lahan bergelombang atau berbukit; (2) benih ditanam pada lubang sedalam 5-10 cm dalam
barisan sesuai dengan jarak tanam LCC tsb; (3) sebelum ditanam benih LCC
terleih dahulu direndam dalam air panas (70 oC) selama 2 jam,
kemudian dicampue dengan pupuk fosfat (misal CIRP) dengan perbandingan yang
sama; (4) LCC perlu dipelihara dan dijaga jangan sampai
mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.

Persiapan Bahan Tanaman

Tanaman karet dapat diperbanyak dengan biji atau dengan cara okulasi menggunakan batang
bawah asal biji. Bahan
tanaman, baik untuk batang bawah maupun batang atas, berupa klon-klon yang
dianjurkan yang mempunyai produksi dan sifat-sifat sekunder yang baik.

Sifat-sifat ideal untuk klon unggul: (a) produksi lateksnya tinggi sejak awal dan mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan produksi; (b) resisten terhadap hama dan penyakit serta pengaruh
angin; (c) batang tumbuh lurus, membentuk as yang silindris, serta tumbuh jagur; (d) cabang
relatif kecil dan menyebar, membentuk sudut yang besar dengan batang.

Persyaratan untuk batang bawah: (a) perakaran kuat dan berkembang baik serta tahan
terhadap penyakit akar; (b) mempunyai daya gabung yang baik dengan batang atas; (c) memberi
pengaruh yang beik terhadap pertumbuhan batang atas, Klon yang dianjurkan
untuk batang bawah adalah  AVROS 2037, BPM 24, GT 1, PB 260 dan RRIC 100

Biji diambil dari kebun induk khusus atau dari kebun produktif yang
menghasilkan biji yang diketahui kedua induknya (legitiem) atau minimal salah
satu induknya (propelegitiem). Biji yang baik
berasal dari tanaman yang telah berumur minimal 8 tahun, dengan ciri-ciri: (a) bila dijatuhkan melenting ke atas; (b) kulit jernih
mengkilat; (c) nilai kesegaran biji minimal 80 %; (d) daya kecambah (dalam waktu 21 hari) minimal 80 %; (e) kadar air
32-45 %; (f) kemurnian minimal 90 %.

Persyaratan untuk batang atas: (a) pertumbuhan jagur dan berpotensi produksi tinggi; (b) memiliki tajuk yang baik dan tahan angin kencang; (c) toleran terhadap penyakit; (d) respon terhadap stimulasi; (e) memiliki sifat sekunder (pemulihan kulit sadap, daya adaptasi, dll) yang
baik.

Klon-klon unggul karet yang direkomendasikan Pusat
Penelitian Karet untuk periode 2006-2010 terdiri dari dua kelompok.

(1)                       
Klon anjuran komersial
adalah sekelompok klon dengan data yang lebih lengkap dan sudah dapat
dikembangkan oleh pengguna. Klon-klon ini sudah berupa benih bina, kecuali klon
IRR 42 dan IRR 112 masih dalam proses pengajuan untuk pelepasannya sebagai
benih bina. Klon-klon anjuran komersial terdiri dari tiga katagori.

–       klon penghasil lateks: BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan    PB 260.

–       klon penghasil lateks-kayu: BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, I
RR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118,

–       klon penghasil kayu: IRR 70, IRR 71, IRR 72 dan IRR 78.

(2)                       
Klon harapan, merupakan
kelompok klon yang mempunyai potensi pertumbuhan dan produksi tinggi tetapi
belum berupa benih bina.  Klon harapan
terdiri dari: IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR 105, IRR 107, IRR
111, IRR 119, IRR 141, IRR 208, IRR 211 dan IRR 220.

Pesemaian pengecambahan merupakan tempat untuk mengecambahkan benih karet
sebelum dipindahkan ke pembibitan. Maksud pengecambahan adalah: (1) untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya seragam; (2) untuk memisahkan/menyeleksi bibit yang
pertumbuhannya cepat dan baik dari bibit yang lambat dan kurang baik.

1)      
Persiapan bedengan

Lokasi datar, dekat dengan sumber air dan dekat dengan lokasi pembbitan, Tanah dibersihkan, dicangkul dan diratakan, kemudian dibuat bedengan dengan
ukuran lebar 1-1,2 m dan panjang sesuai tempat (biasanya 5-10 m), dengan jarak
antar bedengan 0,5-1 m. Bagian samping bedengan diberi penahan dari
bambu/batu bata kemudian diberi pasir diatasnya setebal 5 cm. Bedengan diberi naungan (bisa individu atau kolektif) dengan tinggi sebelah
timur 1,5 m dan barat 2m, dengan atap terbuat dari anyaman bambu atau
alang-alang.

2)      
Menyemai benih

Sebelum disemai benih direndam terlebih dahulu dalam larutan KNO3
0,2% selama 24 jam atau air bersih selama 48 jam. Benih disemai dengan cara dibenamkan sedalam 2/3 bagian ke dalam tanah
dengan bagian perut menghadap ke bawah. Jarak antara barisan 5 cm dan
dalam barisan 3 cm. Persemaian disiram tiap pagi dan sore hari dengan
menggunakan embrat. Benih biasanya akan berkecambah setelah 10-14
hari.

3)      
Pemindahan kecambah

Benih yang telah berkecambah secra bertahap dipindahkan ke pesemaian bibit. Pemindahan kecambah bisa dilakukan pada stadium pancing, stadium bintang, maupun stadium jarum.  Pemindahan paling baik pada stadium pancing. Pemindahan dilakukan dengan hati-hati menggunakan alat mencungkil (solet).

Pembibitan/pesemaian bibit adalah tempat pemeliharaan bibit sebelum
dipindah ke lapangan dengan tujuan memperoleh bbit yang jagur dan homogen.

1)      
Persiapan lokasi pembibitan

Lokasi dipilih lahan yang datar, dekat dengan sumber air, tidak bercadas,
dan dekat dengan lokasi penanaman. Lahan dicangkul sedalam 60-75
cm, dan dibersihkan dari sisa-sisa akar dan kotoran lainnya. Tanah dihaluskan dan diratakan, kemudian dibuat petak-petak/bedengan
setinggi 20 cm. Jarak tanam bibit disesuaikan dengan kesuburan
tanah serta lamanya bibit di pesemaian.

–    bibit umur 1 tahun: jarak tanamnya 35 x 35 x 50 cm
(47.320 bibit/ha)

–    bibit umur 2 tahun: jarak tanamnya 45 x 45 x 50 cm
(34.080 bibit/ha)

–    bibit stum tinggi: jarak tanamnya 70 x70 cm
(17.664 bibit/ha).

2)      
Penanaman kecambah

Kecambah dipindahkan pada stadium pancing agar akar tunggang dan pucuknya
tidak rusak. Penanaman dilakukan pad lubang tanam dengan
kedalaman sesuai dengan panjang akar dan tebalnya benih.

3)      
Pemeliharaan

Pemeliharaan pembibitan meliputi kegiatan penyiraman, penyulaman, pemberian
mulsa, pengendalian gulma dan pemupukan. Penyiraman dilakukan pada
pagi dan sore hari. Penyulaman perlu dilakukan pada bulan-bulan
pertama untuk mengganti bibit yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Sampai umur 3 bulan (terutama pada musim kemarau) pembibitan perlu diberi
mulsa. Pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali
secara manusl menggunakan cangkul/kored, penggunaan herbisida hanya dilakukan
setelah bibit berumur 4-5 bulan.

–    aplikasi dilakukan dengan cara melingkar di bawah
tajuk tanaman;

–    pemupukan dihentikan satu bulan menjelang okulasi.

Dosis pupuk (g/ph/aplikasi

a. Bibit stum pendek (hst)

     Tahun
I  semester I

                      semester II

     Tahun
II semester I

                       semester II

Okulasi/penempelan bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat baik yang
dimiliki oleh batang bawah (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan
kepadanya.

1) Okulasi coklat (brown budding)

Batang bawah yang digunakan berumur 9-18 bulan, diameter berkisar ± 1-2 cm dan tidak berada pada stadium membentuk payung. Mata entres diambil dari kebun entres, dari batang
yang telah berwarna coklat, dengan diameter 1,5-3 cm.

Batang bawah yang digunakan berumur 3-8 bulan,
masih berwarna hijau dengan diameter 1-1,5 cm. Kayu okulasi (entres) menggunakan cabang yang diambil dari kebun entres
yang berumur 1-3 bulan setelah pemangkasan, warnanya masih hijau dan telah
membentuk 1-2 payung.

Pada batang bawah, pada ketinggian 7-10 cm dari permukaan tanah dibuat
jendela dengan menyayat kulit sampai batas kayu. Sayatan dilakukan dengan membuat dua sayatan vertikal berukuran 5-7 cm, dan
satu sayatan horizontal pada ujung sayatan bagian atas atau bawah. Perisai (mata entres) diambil dari kayu entres dengan ukuran sedikit lebih
kecil dari; pada okulasi coklat bagian kayunya dilepas, sedangkan pada okulasi
hijau tidak perlu dilepas. Perisai kemudian diselipkan
pada jendela yang telah dibuat, diantara kulit jendela dengan kambium. Balut dengan pembalut yang tersedia (plastik atau rapia) dengan arah dari
bawah ke atas.

Pemeriksaan hasil okulasi

Dua sampai tiga minggu setelah penempelan, pembalut dibuka dan perisai
diperiksa dengan cara menggores sedikit dengan pisau; bila masih berwarna hijau segar menunjukkan perisai
masih hidup. Pemeriksaan diulang 1-2 minggu kemudian, bila
tetap dalam keadaan segar menunjukkan okulasi berhasil.

Pemotongan batang bawah bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan ke atas sehingga
zat makanan dapat digunakan untuk pertumbuhan okulasi. Waktu pemotongan tergantung pada macam bibit yang akan ditanam. Batas pemotongan sekitar 10 cm di atas tempelan dengan arah miring (bagian
yang tinggi berada di atas tempelan.

5. Macam-macam bibit
hasil okulasi

Bibit hasil okulasi yang dipindahkan ke lapangan/kebun dapat berbentuk
stum mata tidur, stum mini, stum tinggi dan bibit dalam polibeg.

1)   Stum mata tidur (budded stump)

Stum mata tidur adalah bibit hasil okulasi dalam bentuk stum dengan mata
tunas yang belum tumbuh pada saat pemindahan ke lapangan. Stum mata tidur berasal dari
hasil okulasi coklat, dan dipindahkan dua minggu setelah pemotongan. Panjang stum ± 50 cm dengan panjang akar tunggang 40 cm dan akar
lateral 5-10 cm.

2)   Stum mini (mini stump)

Stum mini adalah bibit okulasi yang ditumbuhkan di
pembibitan selama 8-12 bulan setelah pemotongan sehingga bagian batangnya sudah
berwarna coklat. Tunas yang tumbuh dip[otong setinggi 50 cm dari
pertautan, dengan panjang akar tunggang 40 cm dan akar lateral 10 cm.

3)   Stum tinggi (advanced budded material)

Stum tinggi adalah bibit hasil okulasi yang diperoleh dengan cara
menumbuhkan tanaman di pembibitan selama 2-3 tahun setelah pemotongan. Tunas yang tumbuh dipotong sepanjang 275-300 cm dari leher akar dengan
panjang akar tunggang 45-60 cm dan akar lateral 15 cm. Pemotongan akar tunggang dilakukan 3-4 minggu sebelum pembonghkaran dan
pemotongan batang atas dilakukan 2 minggu kemudian tepat di atas payung.

4)   Bibit okulasi dal;am kantong plastik

Merupakan bibit okulasi yang telah ditumbuhkan
dalam kantung plastik/polibeg hingga diperoleh bahan tanaman yang mempunyai 2-3
payung (umur 1 tahun). Dibuat dengan cara memindahkan stum mata tidur
dalam kantong plastik merukuran 25×55 cm.

Kelebihan dan kekurangan masing-masing bibit

mudah dalam pengangkutan dan penanaman

biaya pemeliharaan pembibitan murah

persentase kematian di lapangan tinggi

ada resiko kerusakan tunas

kematian di lapangan rendah

kemungkinan tumbuh tunas palsu kecil

sampai umur 3 tahun tanaman masih bengkok

persentase kematian rendah

baik utuk penyulaman agar matang sadap seragam

seleksi di pembibitan lebih teliti

areal pembibitan harus luas

waktu penanaman memerlukan curah hujan yang tinggi

tidak terjadi stagnasi di lapangan

perawatan di pembibitan mudah

penanaman dapat dilakukan kapan saja

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

I. PENDAHULUAN Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah padahal potensinya masih bisa ditingkatkan. Untuk itu PT. Natural Nusantara berupaya turut membantu meningkatkan produksi secara Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3). II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, temperatur (21,1 – […]

Penyakit Tanaman Timun (Cucumis satifus)  Penyakit PadaTanaman Mentimun. a. Busuk daun (Downy mildew) Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun padakelembaban udara tinggi, temperatur 16 – 22°C dan berembun atau berkabut.Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat danbusuk. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.  b. Penyakit […]

Budidaya Tanaman Timun (Cucumis satifus) Mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.); suku labu-labuan atau Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan. Buahnya biasanya dipanen ketika belum masak benar untuk dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air yang cukup banyak di […]

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jarak Indonesia dengan iklim tropis, lahan yang luas, serta keanekaragaman hayati wilayah daratan merupakan keunggulan komperatif bagi pengembangan bahan bakar yang berasal dari tumbuhan. salah satu dari kelompok ttanaman non-pangan yang direkomendasikan adalah tanaman jarak pagar (Jarropha curcas). Sudah menjadi tekad pemerintah untuk mengembangkan minyak jarak pagar menjadi biodiesel, biokerosin, dan […]

Hal yang paling tidak disukai oleh para petani adalah ketika tanaman yang mereka terserang oleh hama penyakit, hama penyakit sering datang pada musim penghujan maupun musim kemarau. Pada musim penghujan para petani tidak perlu repot melakukan penyiraman terhadap tanaman yang mereka tanam, namun resiko terkena hama penyakit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau. Mentimun […]