www.hargakaret.yu.tl (26/1) Minggu depan Yunani akan kembali menjadi fokus perhatian pasar keuangan dunia menyusul pemilihan umum dadakan yang akan diselenggarakan hari Minggu besok. Jika partai sayap kiri Syriza yang anti Euro menang, maka diperkirakan akan menimbulkan masalah bagi kawasan Euro menyangkut bailout yang diberikan ke negara seribu dewa tersebut. Perekonomian negara dengan beban hutang sebesar 175% dari GDP tersebut terus-menerus mengalami tekanan, meski telah dua kali di-bailout oleh negara-negara sesama anggota kawasan Euro. Hal ini menimbulkan spekulasi di pasar bahwa Yunani tidak akan mampu membayar hutang-hutangnya dan pada akhirnya akan dinyatakan default, suatu hal yang akan mengguncang pasar keuangan dunia.

Bailout yang diajukan perdana menteri George Papandreou beberapa tahun silam tersebut semula tidak disetujui Jerman, namun akhirnya dikucurkan juga dengan berbagai persyaratan. Saat ini pemerintahan telah berganti dan perdana menteri Antonis Samaras tengah menjalankan program penghematan besar-besaran untuk memperbaiki kinerja fiskal sebagai syarat utama memperoleh pinjaman. Namun program penghematan dan kenaikan pajak yang telah dimulai sejak masa pemerintahan Papandreou tersebut dinilai sangat menyengsarakan masyarakat Yunani, meski bisa memperbaiki anggaran negara menjadi surplus.

Pajak yang dinaikkan termasuk pajak penjualan atas barang mewah, pajak rokok, dan pajak minuman beralkohol, sementara penghematan dilakukan antara lain dengan memotong anggaran belanja pegawai, pembayaran pensiun, dan subsidi. Demo dan unjuk rasa terjadi dimana-mana menentang kebijakan pemotongan subsidi dan pemangkasan pembayaran uang pensiun. Kebijakan pemerintah ini jelas tidak populer dan menimbulkan antipati sebagian besar warga negara yang mempunyai hak suara dalam pemilu besok.

Sebagian anggota parlemen ingin agar Yunani keluar dari keanggotaan kawasan Euro dan juga Uni Eropa, terutama dari partai komunis dan partai neo Nazi Golden Dawn, namun pemimpin partai sayap kiri Syriza yang diperkirakan akan memenangi pemilu, Alexis Tsipras, mengatakan bahwa Yunani tidak harus keluar dari keanggotaan kawasan Euro, tetapi sebagian pinjaman harus dihapuskan dan program penghematan harus dikurangi, syarat yang kemungkinan tidak bisa diterima oleh para anggota kawasan Euro lainnya, terutama Jerman. Jika bersikeras dengan syarat tersebut kemungkinan besar Yunani akan dipaksa keluar dari keanggotaan kawasan Euro, peristiwa yang dinamakan Greek exit atau Grexit.

Grexit diperkirakan akan membawa bencana bagi Yunani. Selain tidak ada negara atau lembaga internasional yang mau memberikan pinjaman karena khawatir tidak akan dibayar kembali, negara tersebut juga terancam perang sipil bahkan kudeta militer akibat semakin memburuknya keadaan ekonomi. Mata uang Yunani mungkin akan kembali ke Drachma (sebelum bergabung dengan Euro), namun transisinya akan sulit dilakukan jika nilai tukarnya terlalu rendah.

Apa dampak Grexit terhadap kawasan Euro dan perekonomian global?

Perekonomian kawasan Euro saat ini tampak lebih baik dan stabil dibandingkan saat krisis tahun 2009 – 2010 lalu. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan ia setuju dengan Grexit karena kawasan Euro akan lebih kuat tanpa Yunani. Merkel tampaknya mengabaikan biaya bailout yang begitu mahal dan bisa menghantam pasar keuangan global. Pengamat ekonomi Amerika Serikat Barry Eichengreen mengatakan dampak hengkangnya Yunani dari kawasan Euro adalah “Lehman Brothers squared” atau kwadrat dari krisis yang disebabkan oleh Lehman Brothers beberapa tahun silam yang telah menyebabkan krisis keuangan global.

Selain itu keluarnya Yunani dari kawasan Euro dengan hutang yang ‘dilupakan’ dikhawatirkan akan menyebabkan negara-negara kawasan yang sedang menghadapi masalah yang sama (Portugal, Spanyol, Italia dan Irlandia) mengikuti langkah Yunani, meski kemungkinan tersebut masih kecil.

Sumber : The Sydney Morning Herald ( www.smh.com.au) : Q&A: How dramatic is a Greek exit – Grexit – from the eurozone.