NAIKNYA harga cabai menjadi perbincangan hangat ibu rumah tangga. Sebelum tahun baru harga cabai sudah naik hingga Rp 80 ribu per kilogram.
Akhir pekan ini di sejumlah daerah seperti Bandung harga cabai sudah mencapai Rp 120 ribu per kilogram.
Belum habis rasa heran atas melambungnya harga cabai, tarif listrik konsumen rumah tangga, 900 watt dinaikkan mulai bulan ini.
Sebanyak 18 juta pengguna listrik golongan ini, harus menambah pos anggaran untuk pembayaran listrik tiap bulannya.
Berberangan dengan itu, harga pertamax dan pertalite naik Rp 300 per liter.
Mulai awal tahun ini, beban masyarakat kian berat karena adanya kenaikan biaya penerbitan dan perpanjangan STNK dan BPKB.
Puluhan juta pemilik kendaraan bermotor roda dua dan empat perlu menyiapkan dana tambahan, jika ingin memperpanjang STNK.
Kalangan DPR menyayangkan,bahkan, Fraksi PKS DPR meminta pemerintah meninjau ulang sejumlah kenaikan tarif tersebut. Apalagi kenaikan tarif itu kemudian menimbulkan polemik yang bisa berdampak kepada kepercayaan masyarakat.
Apakah usulan kalangan DPR ini akan direspons pemerintah? Itu menjadi hak eksekutif, tetapi setidaknya perlu disikapi.
Sisi lain yang perlu disikapi adalah mengendalikan harga kebutuhan pokok. Berharap harga sembako dan barang kebutuhan pokok murah adalah harapan kita semua. Bukan saja pemilik kendaraan bermotor, bukan pula pengguna pertamax dan pertalite, bukan juga pengguna listrik 900 watt, tetapi mereka yang tidak memiliki kendaraan bermotor sangat merasakan akibatnya, jika yang naik harga makanan dan sayuran (produk pertanian).
Kita bersyukur impor komoditas pertanian menurun dari 3,2 juta menjadi 900 ribu ton. Artinya produk lokal sudah mulai mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pemerintah pun optimis swasembada pangan pada saatnya dapat dicapai.
Hanya saja jangan sampai swasembada pangan tercapai, tapi harga pangan tetap mahal.
Lebih repot lagi, kenaikan harga pangan tidak dinikmati petani, tetapi oleh tengkulak (pihak ketiga). Harga di tingkat petani murah, tapi sampai konsumen bisa 3 atau 4 kali lipat. Harga cabai yang terjadi sekarang misalnya menjadi contoh konkret, lepas dari sejumlah alasan seperti terbatasnya stok akibat cuaca buruk sehingga gagal panen.
Jika pertanian menjadi pintu masuk mengangkat kesejahteraan, keuntungan harus lebih banyak dinikmati petani, bukan pihak ketiga.
Guna mendongkrak kesejahteraan rakyat, swasembada pangan bukan sebatas angan, harga murah merupakan amanah. (*)
Artikel Terkait Lainnya
JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan stok pangan aman untuk menghadapi Ramadan dan Idul Fitri tahun ini. Selain itu, harga pangan juga dipastikan tidak akan menekan konsumen. Demikian disampaikan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9 yang diselenggarakan di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (13/5/2019). “Kami telah berkoordinasi dengan kementerian/lembaga […]
BEKASI – Harga sembako galam kelompok bumbu dapur cenderung masih tinggi alias mahal. Hal ini terdapat pada golongan bawang yaitu bawang putih kating yang bertahan sebulan belakangan ini Rp60 ribu/kg. Sedangkan bawang putih banci atau biasa hanya Rp45 ribu/kg. “Saking mahalnya bawang putih kating nggak dijual. Adanya banci. Siapa yang mau beli. Emak-emak pada teriak […]
SUKABUMI – Harga komoditi cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Kota Sukabumi, Jawa Barat turun. Dari harga pekan lalu Rp24 ribu per kilogramnya turun Rp6 ribu, kini Rp18 ribu. Penurunan juga dialami harga komoditi cabai rawit merah sebesar Rp4 ribu. Kini harganya Rp28 ribu dari sebelumnya Rp32 ribu per kilogramnya. Begitupun bawang putih impor, […]
JAKARTA – Pedagang ketoprak sejak seminggu belakangan mengurangi takaran bawang putih untuk sepiring dagangan yang dijualnya. Hal itu dilakukan lantaran harga bumbu dapur ini terus meroket sehingga membuat mereka teriak. Slamet, 41, pedagang di wilayah Jatinegara yang mengaku harus sedikit mengurangi takaran bumbu. Pasalnya, harga bawang putih dinilai sudah sangat tinggi dan membuatnya kebingungan. “Beli […]
JAKARTA – Lahan kosong milik Kebun Bibit Pertanian di Jalan Aselih, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan milik Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta yang kosong dimanfaatkan untuk ditanami sayur-sayuran. Ini dilakukan selain mengantisipasi diserobot orang juga untuk menambah perekonomian masyarakat. Fatmawati, 52,warga RW 05 Ciganjur mengaku senang bisa memanfaatkan lahan kosong ini. Sebab […]