Advertisements
Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal” (Pracaya, 2003: 320). Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik, sepertipembelahan dan perkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis dan lain-lain. Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman dapat menimbulkan penyakit..
Selain hama, penyakit juga menimbulkan masalah pada pertanaman kelapa sawit. Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh infeksi cendawan Ganoderma boninense merupakan penyakit penting yang menyerang kebun-kebun kelapa sawit. Cendawan G. boninense merupakan patogen tular tanah yang merupakan parasitik fakultatif dengan kisaran inang yang luas dan mempunyai kemampuan saprofitik yang tinggi.
1. PENYAKIT BUSUK PANGKAL (disebabkan Jamur GENODERMA)
Ganoderma boninense adalah kelompok cendawan busuk putih (white rot fungi), cendawan ini bersifat lignolitik (Susanto 2002; Paterson 2007). Oleh sebab itu, cendawan ini mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dalam mendegradasi lignin dibandingkan kelompok lain. Komponen penyusun dinding sel tanaman adalah lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Cendawan G. boninense memperoleh energi utama dari selulosa, setelah lignin berhasil didegradasi, selain itu karbohidrat seperti zat pati dan pektin, diperoleh meskipun dalam jumlah kecil (Paterson 2007).
Pada tanaman yang terserang, belum tentu ditemukan tubuh buah Ganoderma boninense pada bagian pangkal batang, namun kita dapat pengidentifikasi serangan lewat daun tombak yang tidak terbuka sebanyak ± 3 daun. Basidiokarp yang dibentuk awalnya berukuran kecil, bulat, berwarna putih, dengan pertumbuhan yang cepat hingga membentuk basidiokarp dewasa yang memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang variatif. Umumnya basidiokarp berkembang sedikit di atas dan mengelilingi bagian pangkal batang yang sakit. Ukuran basidiokarp yang bertambah besar menunjukkan perkembangan penyakit semakin lanjut dan akhirnya menyebabkan kematian pada tanaman (Ariffin et al. 2000).
Pada tanaman muda gejala eksternal ditandai dengan menguningnya sebagian besar daun atau pola belang di beberapa bagian daun yang diikuti klorotik. Daun kuncup yang belum membuka ukurannya lebih kecil daripada daun normal dan mengalami nekrotik pada bagian ujungnya. Selain itu tanaman yang terserang juga kelihatan lebih pucat dari tanaman lain yang ada disekitarnya (Ariffin et al. 2000; Sinaga et al. 2003; Yanti & Susanto 2004), pertumbuhannya terhambat dan memiliki daun pedang (spear leaves) yang tidak membuka. Gejala pada tingkat serangan lanjut adalah selain adanya daun tombak yang tidak terbuka yaitu adanya nekrosis pada daun tua dimulai dari bagian bawah. Daun-daun tua yang mengalami nekrosis selanjutnya patah dan tetap menggantung pada pohon. Pada akhirnya tanaman akan mati dan tumbang. Gejala yang tampak pada daun menandakan bahwa penampang pangkal batang telah mengalami pembusukan
sebesar 50% atau lebih. Gejala yang khas sebelum tubuh buah terbentuk adalah terjadi pembusukan pada pangkal batang. Pada jaringan batang yang busuk, lesio tampak sebagai daerah berwarna coklat muda disertai adanya daerah berwarna gelap berbentuk pita tidak beraturan (Ariffin et al. 2000; Susanto 2002). Serangan lebih lanjut dapat mengakibatkan tanaman kelapa sawit tumbang, karena jaringan kayu pada bagian pangkal batang mengalami pelapukan
a. Gejala
Sebagai gejala luar yang umum, seluruh tajuk menjadi kekuningan dan pucat karena kekurangan zat hara dan air sebagai akibat rusaknya perakaran sehingga pengisapannya dari dalam tanah menjadi terganggu. Hal ini disertai dengan meningkatnya jumlah daun tombak (pupus yang belum terbuka) sampai 2-4 daun didalam pucuk.
Lebih lanjut, daun-daun sebelah bawah tajuk berangsur-angsur merunduk, tapi yang sebelah atas tetap tegak serta lambat atau tidak mau membuka, sehingga terjadi ruag kosong yang membelah dua tajuk. Daun-daun tua akhirnya mengering dan terkulai menyelimuti ujung batang dari pohon.
Gejala diatas sering disertai dengan munculnya tubuh buah cendawan (carpophore ) pada pangkal batang, namun bisa juga tanpa kemunculannya sama sekali, sedangkan didalam pangkal batang telah membusuk (sabahagian).
Sebaliknya, carpophore tiba-tiba dapat muncul, sedangkan tajuk pohon kelihatan masih segar.
b. Pencegahan Mekanis
Semua pokok sakit/mati/hampir mati harus dibongkar sampai bonggol akarnya. Kecuali TM
umur > 8 tahun hanya pokok yang mati/hampir mati yang dibongkar.
Norma prestasi pembongkaran : 4 pohon/HB untuk TBM dan 3 pohon/HB untuk TM.
Ada cara-cara pembongkaran pohomyang efisien untuk dapat mencapai minimum norma prestasi tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Korek dan putuskan akar disekitar pohon sampai sedalam 60 cm. Mula-mula dipakai alai tembilang (dodos besar) dan kampak, lalu dengan cangkol akar dan dodos besar sesuai dengan semakin dalamnya lubang arah korekan tegak lurus.
Pengorekan diteruskan terutama dibagian arah akan ditumbangnya pohon yaitu menurut arah barisan tanaman.
Jika ditaksir pohon sudah mulai goyah, pengorekan dihentikan dan anggota team bersama- sama menolak mendorongnya agar tumbang.
Lubang galian bonggol batang harus diperlebar sampai berukuran 120 x 120 x 60 cm baik pada TM maupun TBM.
Pada lubang bongkaran diberi pancang dari pelepah kelapa sawit dengan tulisan bulan & tahun pembongkaran dengan memakai pinsil lilin merah.
Setelah dibongkar, batang harus dipotong 3 ( kecuali batang TBM tak perlu dipotong-potong ) dan diguling untuk dikumpul jadi satu ditengah gawangan.
Semua cabang/pelepah daun dipotong 2 dan dirumpuk rapi diatas batang tersebut, kemudian diatas cabang-cabang ini ditumpukan pula semua sisa-sisa potongan akar hasil bonggol batang, jagan ada bonggol potongan akar yang tertinggal didalam lubang ataupun ditanah.
Tanamlah 2-3 stek tanaman C. caeruleum atau / dan Musuna disekitar dekat lubang untuk menekan pertumbuhan gulma dan pembiakan orycater.
Pusingan pembongkaran 3 bulan sekali (pusingan mati) dan dilaksanakan secara berturut menurut urutan nomer Blok. Hindarkan luka-luka yang tak perlu pada batang yang disebabkan oleh alat kastrasi atau dodos. Sewaktu mendodos atau kastrasi, mata alat harus diusahakan sejajar dengan batang.
Semua bekas bonggol batang kelapa sawit tua yang dekat tanaman muda harus dikorek sedalam 120 x 120 x 60 cm.
Dilarang memotong cabang daun pasir selagi po hon masih kecil
c. Pencegahan Alami
Drainasi yang baik. Drainasi yang jelek dapat mengganggu penyerapan zat hara dari dalam tanah sehingga melemahkan daya tahan pohon terhadap penyakit terutama Ganoderma, karena itu parit- parit drainasi yang baik harus tetap dipelihara..
Garuk piringan tanaman umur 0 – 1 tahun. Pekerjaan garuk piringan harus jangan sampai melukai perakaran tanaman. Rumput digaruk setipis mungkin, kemudian tanahnya dikembalikan kepangkal pohon guna menutupi akar-akar yang terbuka.
Tanah untuk bibitan. Tanah untuk pengisisan kantong plastik harus diambil dari areal/lokasi yang bebas dari serangan ganoderma, misalnya eks konservasi, perluasan atau setidak-tidaknya dari blok yang bebas Ganoderma (tanah atas yang subur dan gembur).
a. Pengendalian by Produk
Dengan mempergunakan produk myco gold yang mempunyai bahan bahan aktif Endomycorrhizal spores (4 genus)
• Aculospora
• Gigaspora
• Giomus
• Scutellospora
Bahan Non Aktif
• Sterillzed Sand
• Vermiculite
Alikasi di Lapangan
aplikasinya
• Pada Tingkat Pembibitan/Nursery
Letakkan 30 – 50 gr Mycogold di sekililing akar, pastikan akar bibit bersentuhan dengan mycogold sebelum di tutup dengan tanah
• Pemindahan ke kebun/Transplanting
Masukkan 250 – 500 gr Mycogold ke lubang tanam, catatan apabila pada tingkat nursery telah diperlakukan dengan memakai Mycogold, maka pemakaian Mycogold hanya membutuhkan 50 gr pada lubang tanam
• Tanaman kurang dari 5 tahun
Untuk Tanaman yang ber usia kurang dari 5 tahun pemakaian Mycogold pada kisaran 500 – 1 kg per pohon dengan membuat dua buah lubang di sekililing pohon, dan pastikan akar pohon bersinggungan dengan Mycogold untuk mendapatkan hasil yang maksimal
• Tanaman Lebih dari 5 tahun
Untuk Tanaman yang telah berusia lebih dari 5 tahun aplikasi penggunaan Mycogold antara 1 kg – 2 Kg perpohon dengan tata cara sama dengan aplikasi pada tanaman kurang dari 5 tahun.
• Daerah serangan Genoderma
Aplikasi di lapangan dengan memberikan Mycogold 1 kg per pohon dengan tata cara seperti pada pemberian pada tanaman kurang dari 5 tahun.
• Daerah Serangan Genoderma Parah
Aplikasi di lapangan dengan memberikan Mycogold 2 Kg per pohon dengan tata cara seperti pada pemberian pada tanaman kurang dari 5 tahun.
2. PENYAKIT BERCAK DAUN
Penyakit-penyakit yang termasuk ke dalam kelompok bercak daun adalah yang disebabkan oleh jamur-jamur patogenik dari genera Curvularia, Cochiobolus, Drechslera dan Pestalotiopsis (Turner, 1981). Bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia lebih dikenal sebagai hawar daun curvularia. Penyakit ini terdapat di berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia, tetapi tingkat serangannya beragam tergantung pada kondisi lingkungan setempat dan tindakan agronomik yang dijalankan (Purba, 1996 ; 1997 dan 2001).
Gambar Gejala hawar daun Curvularia pada bibit
a. Gejala
Serangan dapat terjadi selama periode kering dan basah. Gejala awal tampak berupa bintik kuning pada daun tombak atau yang telah membuka, bercak membesar dan menjadi agak lonjong dengan panjang 7-8 mm berwarna coklat terang dengan tepi kuning atau tidak, bagian tengah bercak kadang kala tampak berminyak. Pada gejala lanjut bercak menjadi nekrosis, beberapa bercak menyatu membentuk bercak besar tak beraturan. Pada beberapa kasus bagian tengah bercak mengering, rapuh, berwarna kelabu atau coklat muda .
b. Penyebab
Penyakit bercak daun kelapa sawit disebabkan oleh beberapa spesies jamur, antara lain Curvularia eragrostidis, Curvularia spp., Drechslera halodes, Cochliobolus carbonus, Cochliobolus sp, dan Pestalotiopsis sp. Jamur-jamur tersebut menyebar dengan spora melalui hembusan angin atau percikan air yang mengenai bercak (Turner, 1971 dan 1981 ; Domsch et al., 1980 ; Ellis, 1976 ; Hanlin, 1990).
c. Faktor pendorong
Populasi bibit per satuan luas terlalu tinggi atau terlalu rapat (< 90 cm), atau keadaan pembibitan yang terlalu lembab. Kelebihan air siraman dan cara penyiraman yang tidak tepat. Kebersihan areal pembibitan yang kurang terpelihara. Banyak gulma yang merupakan inang alternatif bagi patogen, terutama dari keluarga Gramineae di dalam atau di sekitar areal pembibitan. Aktivitas pekerja di pembibitan.
d. Pengendalian
Menjarangkan letak bibit menjadi ³ 90 cm. Mengurangi volume air siraman sementara waktu. Penyiraman secara manual menggunakan gembor lebih dianjurkan, dan sebaiknya diarahkan ke permukaan tanah dalam polibek, bukan ke daun. Mengisolasi dan memangkas daun-daun sakit dari bibit yang bergejala ringan-sedang, selanjutnya disemprot dengan fungisida thibenzol, captan atau thiram dengan konsentrasi 0,1-0,2% tiap 10-14 hari, daun pangkalan harus dibakar. Memusnahkan bibit yang terserang berat.
3. PENYAKIT BUSUK DAUN (Antraknosa)
Penyakit antraknosa merupakan sekumpulan nama infeksi pada daun bibit-bibit muda, yang disebabkan oleh 3 genera jamur patogenik, yaitu Botryodiplodia spp., Melanconium elaeidis dan Glomerella cingulata. Spora dihasilkan di dalam piknidia atau aservuli, menyebar dengan bantuan angin atau percikan air siraman atau hujan (Turner, 1971 dan 1981 ; Barnet dan Hunter, 1972 ; Domsch, Gams dan Anderson, 1980). Penyakit ini telah dilaporkan terdapat di berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Turner, 1981 ; Purba dan Sipayung, 1986 ; Purba, 1996d, 1996f, 1997d dan 1999a).
Gambar Gejala antraknosa yang disebabkan oleh jamur Botryodiplodia sp.
a. Gejala
Terutama menyerang bibit pada umur 2 bulan. Kadang-kadang dijumpai bersamaan dengan gejala transplanting shock (cekaman pindah tanam). Gejala biasanya dijumpai pada bagian tengah atau ujung daun, berupa bintik terang yang selanjutnya melebar dan menjadi kuning dan coklat gelap. Jaringan sakit selanjutnya nekrosis, bercak meluas dengan batas antara bercak dengan jaringan sehat berwarna kuning. Bercak kadangkala memanjang sejajar tulang daun.
b. Faktor pendorong
Jarak antar bibit yang terlalu rapat (< 90cm). Keadaan pembibitan yang terlalu lembab.Kelebihan air siraman dan naungan di PA. Pemindahan bibit dari PA ke PU dan penggemburan tanah yang kurang hati-hati.
c. Pengendalian
Mengurangi penyiraman dan naungan di pembibitan awal, sehingga mengurangi kelembaban. Pemindahan bibit dan penggemburan tanah harus dilakukan dengan hati-hati. Menjarangkan letak bibit menjadi ³ 90 cm. Mengisolasi dan memangkas daun-daun sakit dengan gejala ringan-sedang, selanjutnya disemprot dengan fungisida ziram, thiram, kaptan atau triadimenol dengan konsentrasi 0,1-0,2% dengan pusingan 7-10 hari, atau dengan thibenzol dengan konsentrasi 0,1% dengan pusingan 10-14 hari, daun-daun pangkasan harus dibakar. Memusnahkan bibit yang terserang berat.
4. PENYAKIT TAJUK (CROWN DESEASE)
Penyakit tajuk (penyakit mahkota, crown desease) sering dijumpai di kebun yang belum menghasilkan, dan merupakan penyakit yang paling mencolok disini. Pada umumnya penyakit hanya terdapat di kebun yang berumur 1-3 tahun setelah penanaman di lapangan. Sesudah itu penyakit sembuh dengan sendirinya, dan bekas tanaman sakit berkembang seperti tanaman biasa. Meskipun demikian tanaman agak terlambat pertumbuhannya jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak mengalami gangguan.
Penyakit tajuk terutama terdapat di Indonesia dan Malaysia, yang bahan tanamannya adalah keturunan Deli. Di Sumatera Utara terdapat kebun-kebun muda yang lebih kurang 10 % dari tanamannya bergejala penyakit tajuk.
Gambar Serangan Crown Desease
a. Gejala
Tanaman muda yang sakit mempunyai banyak daun yang membengkok ke bawah di tengah pelepahnya. Pada bengkokan ini tidak terdapat anak daun atau anak daunnya kecil, atau robek-robek. gejala ini mulai tampak pada janur. Di disini anak-anak daun yang masih terlipat itu tampak busuk pada sudut atau tengahnya.
Untuk sementara tanaman terhambat pertumbuhannya tetapi kelak akan sembuh dengan sendirinya. Meskipun demikian ada kalanya tanaman yang sembuh tadi menjadi sakit kembali, yang nantinya akan sembuh untuk seterusnya.
b. Penyebab Penyakit
Penyakit ini sudah mulai diteliti 70 tahun yang lalu (Heusser, 1927), namun sampai sekarang penyebabnya belum diketahui. Dari jaringan yang busuk dapat diisolasi bermacam-macam jamur, khususnya Fusarium oxysporum Schl. dan F. solani (Mart.) Sacc. (Turner, 1973), namun jamur-jamur ini kalau diinfeksikan ke tanaman sehat tidak ada yang mampu menimbulkan penyakit. Selain itu juga diketahui bahwa penyakit tajuk tidak menular.
Ada yang menduga bahwa gejala tersebut diatas disebabkan oleh kelebihan nitrogen. Ada juga yang menduga bahwa gejala ini disebabkan oleh defisiensi magnesium. Namun pendapat-pendapat tersebut tidak dapat dibuktikan dengan percobaan-percobaan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
Dari penelitian Donkersloot (1955ab) dan de Berchoux dan Gascon (1963) disimpulkan bahwa kerentanan terhadap penyakit tajuk terutama diturunkan oleh bahan tanaman asal Deli meskipun bahan tanaman asal Afrika pun tidak sama sekali bebas dari penyakit. Kerentanan terhadap penyakit ini ditentukan oleh satu gen resesif. Meskipun demikian masalahnya menjadi sulit karena adanya gen inhibitor yang mempersukar usaha untuk mengetahui adanya gen rentan pada sesuatu keturunan (Blaak, 1970).
d. Pengelolaan Penyakit
Karena penyebab penyakit nya belum diketahui, sampai sekarang tidak ada anjuran pengelolaan yang dapat diberikan dengan mantap. Pada umumnya pekebun cenderung untuk membiarkan penyakit itu, karena tanaman akan sembuh dengan sendirinya. Dengan demikian mereka terpaksa menerima kerugian yang terjadi karena terhambatnya pertumbuhan beberapa tanaman.
Untuk mengurangi penyakit tajuk ada yang berpendapat agar bahan tanaman asal Deli tidak dipakai. Tetapi dengan sendirinya pendapat ini akan menyebabkan hilangnya sifat-sifat baik dari bahan tanaman asal Deli, dan juga akan menyebabkan terjadinya kekurangan bahan tanaman yang cukup serius, karena semua bahan tanaman yang dibudidayakan disini mempunyai darah Deli. Dengan demikian mungkin akan terjadi kerugian yang lebih besar daripada kerugian yang terjadi karena penyakit tajuk dewasa ini.
Sehubungan dengan adanya jamur pada bagian yang membusuk pada tanaman yang sakit, ada yang berusahan untuk menyembuhkannya dengan memakai fungisida. Namun karena masih diragukan bahwa jamur yang menyebabkan penyakit, perawatan dengan fungisida memberikan hasil yang tidak menentu. Sebelum diperlakukan, janur dipotong sedalam mungkin (sedekat mungkin dengan titik tumbuh). Bagian yang terbuka disemprot dengan fungisida sampai basah benar. Pada pemotongan tadi hanya janur yang belum membuka yang dibuang. Daun-daun sakit yang lebih tua tidak perlu dipotong, karena perkembangan jamur akan terhenti jika janur membuka. Bahkan pemotongan ini akan menyebabkan tanaman muda yang sakit kehilangan banyak jaringan yang dapat mengadakan asimilasi yang sangat diperlukan. Fungisida yang dipakai untuk keperluan ini adalah tiabendazol, tiram atau benomil (Turner, 1973).
Disalin dari
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Cet-4 (revisi) Februari 2000.
5. PENYAKIT LITTLE LEAF
a. Gejala dan penyebab penyakit.
Penyakit ” little leaf ” yang sering muncul pada tanaman kelapa sawit muda ( TB & TBM ) adalah disebabkan oleh kekurangan unsur hara Boroum (Boron), suatu unsur micro yang penting bagi tanaman.
Ada bermacam-macam tanda (gejala) yang dijumpai pada tanaman yang kekurangan Borium seperti yang disebutkan dalam diagram, salah satu gejala yang sudah parah ialah yang disebut little leaf dimana daun tajuk yang tumbuh kemudian (setelah serangan) lebih kecil sehingga pohon kelihatan bukan tambah besar, tetapi tambah mengecil, itulah sebabnya penyakit ini disebut penyakit ” little leaf ”
b. Pemeriksaan dan sensus.
Periksa dan sensus semua pohon yang menunjukan gejala ” little leaf ” dan kelompokan atas 2 kelas tingkat serangan, sbb :
Tabel Kerusakan dan Gejala ”Little Leaf”
c. Pemberantasan atau pengobatan.
Sesuai Program Pemupukan tahunan, lakukan pemupukan dengan pupuk Borate ( Borax ) Na2B4O7.10 H2O menurut dosis yang sesuai dengan umur tanaman.
Tabel 14.2. Dosis Pupuk Borax
Pelaksanaan program pemupukan Borax tiap tahunnya haruslah disegerakan, untuk mencegah munculnya gejala penyakit.
Untuk gejala-gejala penyakit ” little leaf ” tertentu yang dianggap serius dan berkelanjutan walaupun program pupuk Borax sudah dikerjakan, hal ini perlu dilaporkan ke Bahagian Tanaman untuk diberikan dosis ekstra.
Pemasangan pupuk Borate harus terpisah, tidak boleh tercampurbdengan pupuk kimia lainnya atau tidak boleh dicampurkan kedalam larutan herbisida.
Pupuk Borate mudah terbilas air hujan, karena itu pemasangannya ditunda jika turun hujan lebat diduga segera akan turun.
Biaya sensus penyakit masuk Pos Percobaan Bahagian Tanaman dan seleksi, sementara pemasangan pupuk dan pupuknya sendiri masuk ke Pos Pemupukan.
Penakaran dan pemasangan pupuk borate harus hati-hati dan teliti karena jika kelebihan dapat menimbulkan keracunan.
6. PENYAKIT BUSUK TANDAN
Penyakit busuk tandan disebabkan oleh Marasmius palmivorus. yang mula mula jamur ini membentuk benang benang berwarna putih yang banyak menutupi kulit buah, dan kemudian membentuk payung. Penyakit ini dapat dilakukan pencegahan dengan cara penyerbukan buatan, kantrasi dan sanitasi kebun. Penyakit ini dapat menurunkan hasil produksi dan kualitas buah apabila dibiarkan begitu saja dan tidak dilakukan pencegahan dan pengendalian sesuai prosedur yang ada.
a. Gejala Serangan
Penyakit ini awalnya berkembang pada ujang tandan buah segar (TBS), yakni pada bagian buah yang terjepit antara batang dan pelepah daun diatasnya, biasanya penyakit ini menyerang tanaman yang berumur 3-6 tahun. Pada awalnya jamur membentuk benang-benang (miselium) berwarna putih mengkilap yang banyak menutupi kulit buah terutama 2-4 bulan antesis, setelah menyerang buah (mesokarp) dan menghasilkan jaringan busuk berwarna coklat muda dan basah kerusakan buah ini akan menyebabkan kandungan asam lemak bebas menjadi tinggi pada minyak kelapa sawit yang dihasilkan. penyakit ini lebih banyak di jumpai pada saat musim basah atau hujan yang panjang ,bila seluruh tandan telah terserang jamur membentuk tubuh buah (sporofor) yang membentuk jamur payung yang terdiri atas “topi” atau “payung” berwarna putih dengan diameter 2,5-75cm yang ditunjang oleh “batang” yang panjangnya 2,5–3,0 cm. Pada permukaan bawah payung terdapat papan-papan (bilah) seperti ingsang. (Ir. Yan Fauzi dk.2002)
b. Penyebab
Penyakit ini disebabkan jamur Marasmius palmiporus. Jamur ini menyerang buah yang matang dan dapat menembus daging buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit. Penyakit ini sering terjadi pada permulaan panen akibat polinasi yang tidak sempurna. Jamur ini pada dasarnya banyak terdapat pada tumpukan daun daun tua dan sisa sisa bagian bagian tanaman yang tertinggal dan berakumulasi pada ketiak-ketiak daun tetapi sumber ini kolum yang utama adalah tandan buah yang tertinggal dilapangan pada tanaman 3-6 tahun (Ir. Yus Fauzi 2002)
c. Pencegahan Dan Pengendalian
• Pencegahan
Tindakan Pencegahan di lakukan dengan melakukan penyerbukan buatan, kaustrasi dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan. Semua bunga dan buah yang membusuk sebaiknya dibuang.
• Pengendalian
Pengendalian terbagi dua yaitu
Secara mekanis
• mengumpulkan dan membakar tanaman yang terserang,
• mengumpulkan dan mengubur atau memendam kedalam tanah
Secara Kimia
yaitu menggunakan Fungisida yang selektif sehingga tidak mematikan serangga dan kumbang yang membantu penyerbukan. Fungisida yang buasa digunakan adalah Folatan 0,2-07%/ha dengan interval 2 minggu sekali. ( Ir. Yus Fauzi 2002).
Artikel Terkait Lainnya
JAKARTA – Manajer Program Hukum dan Masyarakat Epistema Institute, Yance Arizona mengutarakan, eksistensi masyarakat adat sangat perlu diakui negara. Bahkan, tak cukup hanya pengakuan. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 dilapanagn faktanya masih banyak terjadi pengabaian terhadap hak-hak masyarakat adat. Yance menyatakan, kalau sebelumnya hutan adat adalah hutan negara, setelah putusan MK 35/2012, hutan adat adalah […]
Advertisements Medan – Jaksa Agung Muhammad Prasetyo mengatakan proses eksekusi lahan sawit milik pengusaha DL Sitorus seluas 47 ribu ha di Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, sudah selesai. Kejaksaan Agung sudah menyerahkan lahan tersebut kepada Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. “Perkara DL Sitorus menyangkut barang bukti seluas 47 ribu ha sudah diserahkan secara […]
KOTA KINABALU – Menteri Sains, Teknologi dan Inovasi, Datuk Ewon Ebin mengatakan, salah satu dari tiga proyek yang memanfaatkan minyak sawit atau biorefinery di Sabah dan Sarawak, telah disetujui oleh komite Bioeconomy Transformation Programme (BTP). Genting Plantations Berhad bakal berkolaborasi dengan Elevance Renewable Sciences, sebuah perusahaan kimia asal Amerika Serikat, untuk membangun biorefinery. Seperti tulis […]
Advertisements Amerika Serikat – Merujuk laporan Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan dunia, Forest Heroes, menuding perusahaan sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) bertaggung jawab terhadap kerusakan hutan tropis. Sebelumnya PT Astra Agro Lestari Tbk telah berjanji tidak bakal membangun perkebunan kelapa sawit di hutan tropis, tetapi Forest Heroes menganggap janji PT Astra Agro […]
HERSHEY – Perusahaan Hershey, April 2015 melaporkan hasil penggunaan bahan baku dari sumber minyak sawit berkelanjutan, yang didukung lewat kerjasama strategis dengan The Forest Trust (TFT). Tercatat Harshey, telah menggunakan minyak sawit berkelanjutan sebanyak 94% dari semua pabrik yang menggunakan minyak sawit secara global. Kabarya Harshey, sedang melakukan pemetaan rantai pasok hingga ke perkebunan, yang […]