Advertisements
Tidak seperti di beberapa negara maju, langkah pengembangan pertanian organik di negeri ini masih tersenggal-senggal. Padahal manfaat pertanian organik telah diketahui luas. Tidak hanya baik untuk kesehatan saja, melainkan juga jawaban atas persoalan degradasi lingkungan hidup.
Hal yang membuat pertanian organik sulit berkembang, salah satunya karena produk organik dianggap sebagai produk premium. Harganya mahal, hanya tersedia di outlet-outlet kaum elit. Akibatnya hanya segelintir kalangan yang sanggup membelinya secara terus-menerus.
Berangkat dari kenyataan ini, Putro Santoso Kurniawan, seorang sarjana jebolan IPB merasa tertantang. Menurutnya pangan organik seharusnya bisa diakses oleh semua kalangan. Toh, nenek moyang kita sejak jaman baheula sudah terbiasa mengkonsumsi pangan organik tidak pakai mahal.
Ia pun getol mengkampanyekan pangan organik dan menjadi penyuluh partikelir bagi petani yang tertarik memulai pertanian organik. Tidak hanya itu, ia menyewa sebidang tanah seluas 2000 m2 di Bogor, dan memulai usaha pertanian organik.
Kini usaha pertanian organiknya mulai berkembang. Luas kebunnya sekitar 2 ha, dan tidak lagi menyewa. Berlokasi di kampung Sawah Lega, Desa Ciaruteun, Bogor. Namanya Saga Farm, singkatan dari Sawah Lega Farm.
Pada hari Kamis, 9 Oktober lalu, saya berkesempatan mengunjungi Saga Farm dan berbincang dengan pemiliknya, Putro Santoso Kurniawan. Berikut petikan wawancaranya:
Kapan Anda memulai usaha pertanian organik?
Bila diatanya awalnya, bisa dibilang saya sejak lama mengenal pertanian organik. Tepatnya di pertengahan 2005 saya mencoba membuka kebun organik, walau skalanya masih kecil. Itung-itung sebagai kegiatan sampingan sekaligus menyalurkan hobi dan rasa penasaran.
Maksudnya, penasaran?
Ya, saya penasaran saja. Karena saya tahu kalau pangan organik itu sehat dan menyehatkan, lebih jauh dari itu ramah lingkungan. Tapi tidak banyak petani yang mencobanya, alasannya tidak ada pasarnya atau susah cari saprotannya (sarana produksi pertanian – red).
Setelah dicoba?
Ya memang tantangannya tidak sedikit. Apa yang dikatakan para petani bisa dibilang benar, tapi tidak sepenuhnya. Misalnya, soal pasar. Bukan pasar yang tidak ada melainkan aksesnya saja yang belum dapat, demikian juga dengan ketersediaan pupuk dan lain-lainnya.
Jadi sebenarnya kesulitan pasar dan asupan saprotan itu hanya mitos?
Menjadi mitos, karena tidak dicari. Apabila kita mau mencari, berkelompok dengan komunitas petani organik lainnya, sebenarnya bisa diselesaikan. Yang menjadi masalah adalah ekspektasi para petani terhadap produk organik. Saat ini kan dianggap harganya tinggi. Jadi ketika merencanakan, para petani relatif mengabaikan proses produksi bagaimana seharusnya pertanian organik dijalankan. Sehingga mengakibatkan biaya produksi menjadi tinggi. Dan, saat menjual hasil produksi ke pasar, kemudian harganya tidak sesuai harapan, mereka kecewa.
Bagaimana seharusnya petani menyikapinya?
Yang pertama, lupakan dulu kalau produk organik itu harganya tinggi di pasaran. Jalankan saja metode pertanian organik dengan sebenar-benarnya. Karena seharusnya dengan metode yang benar, asupan pupuk dan pestisida yang biasanya dibeli dari pabrik berkurang. Diganti dengan asupan lokal, tidak harus beli. Bisa mengolah sendiri, mengintegrasikan kegiatan pertanian dengan peternakan atau perikanan, misalnya. Sehingga biaya produksi bisa lebih rendah dari metode konvensional. Nah, karena biaya lebih rendah, meski harga jual produk organik tidak premium harusnya petani tetap untung. Bila ada pembeli yang berminat dengan harga tinggi akan menjadi bonus.
Jadi, sebenarnya produk organik itu tidak harus mahal?
Harga tinggi, tentunya adalah bonus bagi petani. Apabila harganya sama pun dengan produk konvensional, pertanian organik tetap bisa dijalankan dan menguntungkan. Bagi kami, sebagai produsen, yang diharapkan adalah harga yang adil. Selain itu kan ada juga kebanggaan lain kalau kita bisa menghasilkan produk yang menyehatkan masyarakat sekaligus berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan hidup.
Bagaimana mengatasi sulitnya sarana produksi, seperti pupuk dan lain-lainnya?
Di sini kita perlu sedikit belajar, berkelompok dengan petani organik lainnya. Pasti ada jalan keluarnya. Misalnya, bermitra dengan peternak ayam, kambing atau sapi. Peternak bisa dapat jerami atau sekam, petani bisa dapat kotoran ternak. Atau bisa juga mengembangkan kebun yang terintegrasi, di sana ada ternak, ada juga kegiatan pertanian. Banyak cara untuk dikembangkan.
Ada keuntungan lain bertani secara organik?
Satu hal yang jelas, bila kita menerapkan metode pertanian organik, kualitas lingkungan hidup akan lebih baik. Minimal di lingkungan kebun. Misalnya, kondisi tanah pertanian dari hari ke hari akan semakin baik, karena kesuburannya terpulihkan. Selain itu dalam skala yang lebih besar dengan berkurangnya pemakaian pestisida maka ikan-ikan di selokan bisa berkembangbiak dengan baik. Tentu ini akan mendatangkan manfaat lebih, bukan hanya bagi petani melainkan bagi masyarakat umum juga.
Ngomong-ngomong, apa saja yang diusahakan di Saga Farm?
Di sini saya berusaha mengintegrasikan kegiatan peternakan, sawah, tanaman sayuran dan tanaman buah. Tujuannya agar asupan dari luar bisa ditekan serendah mungkin, karena semua sumber daya berputar-putar di sini. Yang, belum terlaksana di Saga Farm mengintegrasikan dengan kegiatan perikanan. Yang ini belum, mungkin kedepannya akan disiapkan.
Artikel Terkait Lainnya
JAKARTA – Manajer Program Hukum dan Masyarakat Epistema Institute, Yance Arizona mengutarakan, eksistensi masyarakat adat sangat perlu diakui negara. Bahkan, tak cukup hanya pengakuan. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 dilapanagn faktanya masih banyak terjadi pengabaian terhadap hak-hak masyarakat adat. Yance menyatakan, kalau sebelumnya hutan adat adalah hutan negara, setelah putusan MK 35/2012, hutan adat adalah […]
Advertisements Medan – Jaksa Agung Muhammad Prasetyo mengatakan proses eksekusi lahan sawit milik pengusaha DL Sitorus seluas 47 ribu ha di Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, sudah selesai. Kejaksaan Agung sudah menyerahkan lahan tersebut kepada Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. “Perkara DL Sitorus menyangkut barang bukti seluas 47 ribu ha sudah diserahkan secara […]
KOTA KINABALU – Menteri Sains, Teknologi dan Inovasi, Datuk Ewon Ebin mengatakan, salah satu dari tiga proyek yang memanfaatkan minyak sawit atau biorefinery di Sabah dan Sarawak, telah disetujui oleh komite Bioeconomy Transformation Programme (BTP). Genting Plantations Berhad bakal berkolaborasi dengan Elevance Renewable Sciences, sebuah perusahaan kimia asal Amerika Serikat, untuk membangun biorefinery. Seperti tulis […]
Advertisements Amerika Serikat – Merujuk laporan Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan dunia, Forest Heroes, menuding perusahaan sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) bertaggung jawab terhadap kerusakan hutan tropis. Sebelumnya PT Astra Agro Lestari Tbk telah berjanji tidak bakal membangun perkebunan kelapa sawit di hutan tropis, tetapi Forest Heroes menganggap janji PT Astra Agro […]
HERSHEY – Perusahaan Hershey, April 2015 melaporkan hasil penggunaan bahan baku dari sumber minyak sawit berkelanjutan, yang didukung lewat kerjasama strategis dengan The Forest Trust (TFT). Tercatat Harshey, telah menggunakan minyak sawit berkelanjutan sebanyak 94% dari semua pabrik yang menggunakan minyak sawit secara global. Kabarya Harshey, sedang melakukan pemetaan rantai pasok hingga ke perkebunan, yang […]