Penyadapan (pemungutan hasil pada tanaman karet) adalah pengambilan/panen
lateks dengan cara membuka pembuluh lateks, dengan mengikuti norma-norma
tertentu dan bertujuan mendapatkan produksi tinggi yang secara ekonomis
menguntungkan, dan berjangka waktu lama atau berkesinambungan dengan
memperhatikan kesehatan tanaman.
Lateks terdapat dalam pembuluh lateks yang berada di dalam jaringan floem,
dengan semakin ke dalam (mendekati kambium) pembuluh lateks semakin banyak.
Pembuluh lateks melingkar di dalam jaringan floem seperti spiral, membentuk
sudut 3,7o- 5o terhadap garis vertikal dari kanan (atas)
ke kiri (bawah).
(a)
berdasarkan umur tanaman, tanaman karet yang tumbuh normal siap disadap
pada umur 5 tahun;
(b) dengan mengukur lilit batang.
Kriteria matag sadap berdasarkan lilit batag yaitu bila lilit batang pada
ketinggian 100 cm dari permukaan tanah (untuk tanaman asal biji) atau 130 cm
dari permukaan tanah (untuk tanaman asal okulasi) telah mencapai 45 cm.
Kriteria memulai penyadapan untuk satu areal kebun yaitu apabila 60 %
jumlah pohon yang ada telah memenuhi kriteria matang sadap.
Tinggi bukaan sadap untuk sadapan bawah adalah mulai pa ketinggian 130 cm
(untuk tanaman asal okulasi) atau 100 am (untuk tanaman asal biji) dari
permukaan tanah ke arah bawah sampai ketinggian 10 cm di atas pertautan
(tanaman okulasi) atau 10 cm di atas tanah (tanaman asal biji).
Tinggi bukaan sadap untuk sadapan atas aadalah 5-5 cm di atas titik
tertinggi bidang sadap bawah ke arah atas sampai ketinggian 300 cm di atas
permukaan tanah.
Arah irisan sadap pada sadapan bawah adalah dari kiri atas ke kanan bawah,
sedangkan pada sadapan atas dari kanan bawah ke kiri atas.
Besar sudut lereng sadapan adalah 40o dari garis horizontal,
dengan alasan/tujuan:
– menghilangkan jalur kulit yang tidak tersadap
antara bidang sadap bawah dengan bidang sadap atas.
– ketinggian 130-90 cm, kemiringan alur 40o.
– ketinggian 90 – 40 cm, kemiringan alur 35o.
– ketinggian di bawah 40 cm, kemiringan alur 30o.
ditolelir maksumum 50o. pada ketinggian 250 cm.
Kulit batang karet pada pohon yang telah matang sadap, dari luar ke arah
kambium tersusun dengan urutas sbb:
(a)
kulit gabus, yang merupakan lapisan paling luar dari batang;
(b) kulit keras, tersusun atas sel-sel batu parensim,
pembuluh tapis, dan saluran lateks yang tidak teratur;
(c)
kulit lembut dimana terdapat saluran-salura lateks;
Jumlah pembuluh lateks pada kulit makin ke dalam
makin banyak, sehingga semakin dalam irisan sadapan pembuluh latek yang
terpotong akan semakin banyak.
Kedalaman sadapan yang normal adalah atara 1,0-1,5 mm diukur dari kambium
Pada sadapan berat/sadapan mati (saapan pada pohon yang akan dibongkar),
kedalaman sadapan dapat kurang dari 1,0 mm, bahkan bisa sampai mengenai kayu.
Frekuensi dan intensitas
sadapan
Frekuensi sadapan merupakan selang waktu penyaapan yang dinyatakan dengan
satuan dalam hari (d), minggu (w), bulan (m), dan tahun (y), tergantung pada
sistem penyadapan. Contoh : sadapan yang dilakukan terus menerus
setiap hari diberi notasi d/1, dua hari sekali diberi notasi d/2, dst.
Untuk penyadapan berkala/periodeik, lamanya penyadapan
ditandai dengan bilangan yang dibagi, sedangkan lamanya putaran atau rotasi
sampai kulit disadap kembali ditandai dengan bilanyan pembagi. Contoh: 3w/9 berarti tanaman disadap selama 3 minggu dalam kurun waktu 9
minggu (atau masa istirahat 6 minggu).
Pada sadapan berpindah, kulit batang disadap pada dua bidang sadap yang
berbeda secara bergantian menrut selang waktu tertentu, ditandai dengan
perkalian dua faktor yang ditulis diantara dua kurung. Contoh: d/2 (2×2 d/4), artinya penyadapan dilakukan pada dua bidang sadap
secara bergantian dengan frekuensi penyadapan dua hari sekali. Hasil kali angka-angka dalam kurung selalu = 1, sehingga tidak mempengaruhi
intensitas penyadapan.
Notasi bentuk alur sadapan dinyatakan dengan huruf S (untuk bentuk spiral),
dan banyaknya alur sadapan pada satu bidang sadap dinyatakan dengan angka di
depan bentuk alur. Contoh: 2S/2 = dua alur sadap masing-masing setengah spiral.
Intensitas penyadapan dinyatakan dalam satuan persen dan didasarkan
pada panjang irisan sadap dan frekuensi penyadapan.
Intensitas penyadapan dihitung dengan cara mengalikan angka-angka
pecahan pada rumus sadapan dengan angka 400%. Contoh: intensitas
sadap untuk s/2, d/2 adalah 100%, yang diperoleh dari (1/2 x 1/2 x 400%).
Intensitas sadap yang normal adalah 100%, sedangkan intensitas sadap
400% merupakan intensitas penyadapan berat atau sadapan mati. Pohon yang baru
disadap biasanya intensitas sadapnya 67 %, kemudian ditigkatkan menjadi 100%
pada tahun sadap ketiga.
Pemakaian kulit harus dilakukan dengan baik agar kontinuitas penyadapan
dan kelangsungan hidup tanaman produktif terpelihara dengan baik.
Pemakaian kulit tergantung pada sistem sadap yang dipakai dan tebal
irisan kulit tiap penyadapan.
Konsumsi kulit maksimum per bulan dan per tahun
untuk beberapa sistem sadap adalah sbb:
Pemulihan kulit bidang sadap
Bila pelaksanaan penyadapan dilakukan dengan baik dan memenuhi syarat, maka
kulit akan pulih setelah enam tahun.
Kulit pulihan bisa disadap setelah sembilan tahun untuk kulit pulihan
pertama, dan delapan tahun untuk kulit pulihan kedua.
Kriteria kulit pulihan sudah bisa disadap apabila tebal kulit pulihan
minimal telah mencapai 7 mm.
Bidang sadap adalah areal kulit pohon karet tempat dilaman dilakukan irisan
sadap.
Notasi bidang sadap adalah simbol atau satu rangkaian simbol yang
menjelaskan lokasi bidang sadap dan menunjukkan urutan pemulihan kulit dari
bidang sadap.
Pada sistem sadap lama, yakni menggunakan pnjang irisan setengah spiral,
digunakan notasi bidang sadap dengan huruf A, B, C, D, E, F, HA, dan HB.
Pada sistem sadap baru, bila memasukkan sistem
sadap pendek (sepertiga spiral), menggunakan huruf B untuk bidang sadap bawah, H untuk bidang
sadap atas, O untuk kulit perawan, dan angka Romawi I,I, masing-masing untuk
kulit pulihan pertama, kedua, dst.
*) Lama : penyadapan ½ spiral (sistem
konvensional);
Baru :
sistem sadap pendek (1/3 spiral)
Derasnya aliran lateks selain ditetukan oleh sudut kemiringan sadapan juga
dipengaruhi oleh tekanan turgor di dalam pembuluh lateks.
Penyadapan biasanya dilakukan pada pukul 04.30-07.30, sebalum terjadi
proses transpirasi.
Besar hanca atau jumlah pohon yang bisa disadap oleh seorang penyadap
ditentukan oleh keadaan lapangan (topografi), umur pohon, jarak tnam, dsb.
Jumlah hanca untuk setiap penyadap adalah sbb:
Sistem ekploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang
mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi
secara ekonomis menguntungkan dan berkesinambungan dengan memperhatikan
kesehatan tanaman.
Sistem eksploitasi meliputi:
– sistem eksploitasi konvensional;
– sistem eksploitasi stimulasi.
Disamping kedua sistem tersebut, juga dikenal sistem sadap lain seperti
sistem sadap tusuk dn sistem sadap mikro-X.
1) Sistem eksploitasi konvensional
Merupakan sistem sadap biasa tanpa menggunakan perangsang.
Kelebihan sistem konvensional:
– tidak tergantung pada perangsang;
– sesuai dengan keadaan tanaman meskipun pertumbuhannya kurang baik.
Kelemahan sistem konvensional:
– kulit bidang sadap cepat habis;
– kemungkinan kerusakan kulit bidang sadap lebih
besar;
– tenaga kerja lebih banyak;
– sangat sulit meningkatkan produksi.
Jangka waktu yang digunakan untuk sistem eksploitasi kovensional yaitu 30
tahun.
2) Sistem eksploitasi stimulasi
Merupakan sistem sadap kombinasi dengan menggunakan perangsang, dengan
tujuan untuk meningkatkan produksi lateks.
Tidak semua klon akan baik bila disadap dengan sistem stimulasi; jika kadar
karet keringnya kurang dari 30 % maka responnya terhadap perangsang kurang
baik.
Persyaratan untuk melakukan stimulasi:
– tanaman harus memenuhi persyaratan teknis (umur,
kondisi tanaman, sistem sadap);
– jenis klon mempunyai respon yang baik terhadap stimulasi;
– pemupukan tanaman dilakukan sesuai dosis, cara da waktu pemberian.
Pemberian rangsangan dapat dilakukan pada pohon yang telah berumur
lebih dari 15 tahun, atau bisa dilakukan pada umur 10 tahun dengan intensitas
sadap rendah (50 atau 67%).
Jenis perangsang yang biasa dipakai adalah yang berbahan aktif ethepon
dengan merek dagang Ethrel, ELS, dan Cepha.
Cara pemberian ragsangan/stimulan:
Penyadapan dilakukan menggunakan alat tusuk berbentuk seperti jarum dengan
panjang dapat disesuaikan dengan ketebalan kulit, p = (n-1) mm.
Tujuan sadap tusuk untuk melaksanakan penyadapan pada pohon yang lebih muda
atau yang lambat mencapai matang sadap.
Penusukkan dilakukan pada jalur/ben dengan ukuran sbb:
– panjang jalur = 100 cm (dari atas mengarah ke
bawah), lebar jalur = 2 cm.
– jumlah tusukan 8-10 tusukan, dengan frekuensi 3
hari sekali;
– dosis stimulan 50 g Ethrel 2,5 %/ph/bulan.
Merupakan kombinasi antara sadaptusuk dengan sadap iris;
Dilakukan dengan membuat tusukan sepanmjang alur sadap biasa dengan jumlah
tertentu dan jarak tusukan yang sama.
dalam pelaksanaanya, mula-mula dilakukan sadap iris kemudian dilanjutkan
dengan melakukan sadap tusuk pada alur irisan tersebut sampai alur tertusuk
semua.
Setelah semua alur tertusuk, dilakuka sadap iris kembali untuk membuang
kulit yang telah tertusuk dan menyediakan alur baru untuk sadap tusuk
berikutnya.
Kombinasi yang sering dilakukan adalah 9 kali sadap tusuk dan 3 kali sadap
iris biasa, dengan stimulan Ethrel 5 % yang disapukan pada alur sadap.
Artikel Terkait Lainnya
I. PENDAHULUAN Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah padahal potensinya masih bisa ditingkatkan. Untuk itu PT. Natural Nusantara berupaya turut membantu meningkatkan produksi secara Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3). II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, temperatur (21,1 – […]
Penyakit Tanaman Timun (Cucumis satifus) Penyakit PadaTanaman Mentimun. a. Busuk daun (Downy mildew) Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun padakelembaban udara tinggi, temperatur 16 – 22°C dan berembun atau berkabut.Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat danbusuk. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam. b. Penyakit […]
Budidaya Tanaman Timun (Cucumis satifus) Mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.); suku labu-labuan atau Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan. Buahnya biasanya dipanen ketika belum masak benar untuk dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air yang cukup banyak di […]
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jarak Indonesia dengan iklim tropis, lahan yang luas, serta keanekaragaman hayati wilayah daratan merupakan keunggulan komperatif bagi pengembangan bahan bakar yang berasal dari tumbuhan. salah satu dari kelompok ttanaman non-pangan yang direkomendasikan adalah tanaman jarak pagar (Jarropha curcas). Sudah menjadi tekad pemerintah untuk mengembangkan minyak jarak pagar menjadi biodiesel, biokerosin, dan […]
Hal yang paling tidak disukai oleh para petani adalah ketika tanaman yang mereka terserang oleh hama penyakit, hama penyakit sering datang pada musim penghujan maupun musim kemarau. Pada musim penghujan para petani tidak perlu repot melakukan penyiraman terhadap tanaman yang mereka tanam, namun resiko terkena hama penyakit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau. Mentimun […]